You are currently viewing Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Latar Belakang Sejarah, Masa Prasejarah (1)

Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya, Latar Belakang Sejarah, Masa Prasejarah (1)

Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah telah menerbitkan beberapa buku. salah satu buku yang telah diterbitkan adalah buku berjudul Jawa Tengah Sebuah Potret Warisan Budaya. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (Prof. Sumijati Atmosudira dkk /editor). Mempertimbangkan permintaan dari masyarakat maka buku ini

Pulau Jawa telah dihuni sejak ribuan tahun yang lalu. Dalam berinteraksi dengan manusia lain dan dengan lingkungan, para penghuni awal Jawa mengembangkan kebudayaan. Jika dilihat secara kronologis, kebudayaan tersebut pada mulanya disebut masa prasejarah, yaitu ketika belum dikenal tulisan, kemudian masa sejarah setelah mengenal tulisan, yaitu sejak datangnya pengaruh Hindu-Budha dari India. Masa yang disebut terakhir masih dapat dibagi menjadi beberapa bagian, berdasarkan pengaruh-pengaruh besar yang mewarnai, yaitu masa Hindu-Budha, masa Islam, masa Kolonial, serta masa Pascakemerdekaan. Masing-masing masa dalam pembababkan sejarah Jawa Tengah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

Sejak masa prasejarah, Jawa Tengah telah menduduki posisi penting dalam sejarah kehidupan manusia. Hal itu dibuktikan dengan temuan arkeologis di beberapa situs, di antaranya situs Sangiran, situs-situs di daerah Purbalingga, dan situs Plawangan.

Situs Sangiran berada di wilayah Kabupaten Sragen dan Karanganyar dengan luas area sekitar 15×6 km persegi. Bagi ilmu pengetahuan, sejarah, dan kebudayaan, situs Sangiran menduduki peranan yang penting karena memiliki kandungan fosil manusia purba dan fosil hewan cukup banyak, beberapa jenis pollen (serbuk sari), tumbuhan, serta seri stratigrafi yang tidak terputus sejak dua juta tahun hingga dua ratus ribu tahun yang lalu.

Dari data itu dapat diperoleh gambaran bahwa di Sangiran pernah hidup manusia purba (Picthecantropus robustus, Pithecanthropus dubius, Meganthropus Paleojavanicus, Picthecanthropus erectus, dan Picthecantropus soloensis) dan berjenis-jenis hewan primata, hewan berkuku, pemakan daging, hewan bersisik, rodentia dan proboscidea (gajah).  Berbagai jenis tumbuhan pun tumbuh di situs tersebut, misalnya lingkungan hutan bakau, hutan tropis terbuka, lingkungan pohon-pohon cemara, dan gramineae.

Kehidupan manusia di Sangiran diperkuat dengan danya temuan artefak (alat) baik dari bahan batu maupun tulang, adapun jenis-jenis alat itu antara lain adalah serpihan bilah, serut, mata panah, bola batu, dan pisau, alat-alat tusuk dari tulang. Dari jenis-jenis itu tampaknya difungsikan sebagai peralatan yang berhubungan dengan perburuan.

Kehidupan prasejarah Jawa Tengah sekitar 4000 tahun yang lalu ditemukan di daerah Purbalingga di beberapa situs, misalnya Mujan, Tipar, Limbasari, Karangjoho, dan Tipar Ponjen. Aktivitas yang menonjol adalah pembuatan beliung persegi dan gelang-gelang batu. Dengan begitu, situs-situs tersebut merupakan tempat pembuatan (bengkel) yang antara lain ditandai dengan banyak limbah (tatal-tatal), calon-calon gelang dan kapak, serta sisa bahan gelang, Bengkel gelang batu hingga kini belum ditemukan di situs lain di wilayah Jawa Tengah.

Seiring dengan perjalanan waktu, terjadi pula dengan kehidupan manusia yang semakin kompleks di Jawa Tengah. Kondisi itu dibuktikan dengan temuan-temuan di situs Plawangan (Rembang). Berdasarkan jenis-jenis temuannya, situs itu merupakan situs hunian dan kubur. Hal itu diagambarkan dari banyaknya temuan alat, misalnya gerabah, manik-manik, dan alat-alat logam. Sedangkan sebagai situs kubur dibuktikan dengan temuan rangka manusia baik yang dikubur dengan wadah maupun non-wadah, dengan atau tanpa bekal kubur.

Sistem penguburan yang berlaku di situs Plawangan merupakan gambaran kehidupan masyarakat pendukungnya, pada sekitar 500 tahun yang lalu baik dalam aspek religi maupun stratifikasi sosial.