You are currently viewing Gangsiran Awatama, Bukti Kompleks Candi Arjuna Dahulu Tergenang Air

Gangsiran Awatama, Bukti Kompleks Candi Arjuna Dahulu Tergenang Air

Gangsiran Aswatama adalah saluran air yang berasal dar dataran keluar melalui saluran dibawah gunung. Saluran ini berupa gorong-gorong yang disusun dari batu yang terletak di Barat Laut dataran Tinggi Dieng.

Nama Gangsiran Aswatama berasal dari cerita wayang pada saat berakhirnya perang Bharata Yudha yaitu pada saat Aswatama membuat lubang bawah tanah untuk membunuh Parikesit. Aswatama anak dari pendeta Durna ingin membalas atas kematian ayahnya. Ia berusaha masuk ke kamar Bambang Parikesit anak Arjuna, untuk membunuhnya. Namun karena penjagaan yang sangat ketat ia mencoba untuk mencari jalan lain yaitu dengan menggali lubang dengan keris saktinya. Keris ini merupakan hadiah dari ibunya, seorang bidadari bernama Wilutama. Kemapuhan keris ini bila ditancapkan ke dalam tanah akan tercipta sebuah lubang yang cukup dimasuki oleh tubuh manusia. Dengan cara ini Aswatama masuk ke kamar Bambang Parikesit melalui bawah lantai. Usaha Aswatama ini tidak berhasil karena ia dengan tidak sengaja tergores oleh panah Arjuna Pasopati, yang diletakkan di dekat tempat tidur Parikesit.

Karena lubang saluran pembungan ini cukup besar dan dapat dimasuki oleh tubuh manusia, saluran ini dinamai Gansiran Aswatama. Gangsiran Aswatama dapat menunjukkan bahwa dulunya daerah dataran ini penuh dengan air atau berupa sebuah danau besar. Kemungkinan Gangsiran ini dibangun sebelum candi-candi didirikan terutama Kompleks Candi Arjuna, Candi parikesit dan beberapa Dharmasala. Bangunan-bangunan candi tersebut memang terletak di daerah paling rendah, sehingga perlu dikeringkan lebih dahulu supaya terdapat lahan yang cukup untuk membangunnya. (Disarikan dari laporan-laporan BPCB Jateng)