Dongeng dari Sojiwan, Ketam Membalas Budi

10

Tersebutlah seorang brahmana bernama Dwijaiswara dari negeri Patala. Ia seorang penyayang binatang. Pada suatu masa ia tengah berada di gunung melihat seekor ketam bernama Astapada yang sekarat hendak mati karena kekeringan. Dipungutlah ketam itu lalu dibawa ke sungai untuk dilepaskan di sana. Karena kelelahan, berhentilah brahmana di dekat sungai dan tertidurlah brahmana bersandar pada sebuah pohon. Sementara itu, seekor ular bersahabat dengan seekor gagak. Mereka tengah bercakap-cakap saat ketam berada di dekat mereka. “gagak, nanti jika ada manusia berada di sekitar sini, kau beritahulah kepadaku. Biar kubunuh dia dan nanti matanya akan aku serahkan kepadamu agar dapat kau makan dengan lezatnya.” Ketam mendengar percakapan kedua sahabat itu. “sungguh jahatnya mereka berdua itu” ujar ketam sambil berlalu. Tiba-tiba ia teringat pada brahmana yang telah menyelamatkan nyawanya. Ia tahu brahmana tengah tertidur di tepi sungai. Ia khawatir brahmana akan dicelakai oleh ular jahat yang ditemuinya tadi. Lalu ia berpikir untuk membalas budi kepada brahmana. Ketam berpikir keras untuk dapat menyelamatkan brahmana dari mara bahaya yang tengah mengancamnya. “baiklah, aku harus bersahabat dengan kedua penjahat itu.” Maka ketam menghampiri keduanya dan menyampaikan cara agar dapat memangsa brahmana dengan mudah dan nikmat. “kalian harus memanjangkan leher kalian agar dapat memangsa brahmana, karena dengan leher kalian yang seperti sekarang, sungguh mustahil untuk dapat menelan brahmana.” “bagaimana cara untuk memanjangkan leher kami?” Tanya gagak dengan tidak sabar. “julurkan leher kalian masing-masing” Dengan tak sabar keduanya menjulurkan leher ke arah ketam. Setelah keduanya teraih oleh capit ketam, dengan cepat dan kuat ketam menjepit leher ular dan gagak hingga keduanya menemui ajal. Dengan begitu selamatlah sang brahmana.