You are currently viewing “Cagar Budaya Nasional Jawa Tengah” Bagian IX Candi Cetho

“Cagar Budaya Nasional Jawa Tengah” Bagian IX Candi Cetho

Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah pada tahun 2019 kembali menerbitkan sebuah buku. Buku ini berjudul “Cagar Budaya Nasional Jawa Tengah”. Buku ini diterbitkan guna memeberikan informasi singkat tentang cagar budaya peringkat nasional berupa bangunan, struktur, situs, dan kawasan cagar budaya yang berada di wilayah Jawa Tengah.

Buku ini diterbitkan dalam dua versi bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Halaman-halaman pada buku ini banyak dipenuhi dengan foto-foto yang diharapkankan dapat menarik bagi pembaca dan tidak membosankan.

Buku “Cagar Budaya Nasional Jawa Tengah” akan dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Sebagian buku ini telah dikirim kepada sekolah, dinas, dan perpustakaan yang telah ditunjuk. Pada saat Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah mengadakan even, buku ini juga akan dibawa dan dibagikan. Bagi sekolah ataupun perpustakaan yang menginginkan buku ini, dapat mengajukan permohonan kepada Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah melalui Surat. Bagi masyarakat yang ingin membac secara online juga dapat membaca melalui laman kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng karena materi buku ini akan diunggah bagian perbagian. Selamat membaca.

Situs Candi Cetho dibangun sekitar tahun 1451-1470 pada akhir masa Kerajaan Majapahit, ketika pengaruh Hindu di Jawa mulai pudar dan unsur Indonesia asli dari tradisi prasejarah mulai hidup kembali. Dari sisi arsitektur gaya bangunan masa itu menyerupai punden berundak  dan pembangunan yang terletak di lereng barat gunung Lawu ini berhubungan dengan ritual upacara ruwatan.

Cetho Temple site was built around 1451-1470 at the end of Majapahit Kingdom era when Hindu influence on Java began to fade away and the original Indonesian elements from prehistoric tradition began to revive. In term of architecture, the style of building resembled to Punden Berundak and the construction of site was located in the western slope of Mount Lawu which appearantly it was closely related with the ritual of Ruwatan.