You are currently viewing Tahapan Ketika Candi Dibangun

Tahapan Ketika Candi Dibangun

Candi merupakan bangunan kuno yang terbuat dari batu. Candi biasanya digunakan untuk beribadah atau tempat pendarmaan raja yang hidup di zaman Hindu Buddha. Arsitektur candi di Indonesia berbeda dengan arsitektur candi yang berada di India. Bahkan di Indonesia arsitektur candi pun tidak semuanya sama, namun tata cara pembuatannya kurang lebih memiliki langkah yang serupa.

Pada awalnya, raja menunjuk seorang pendeta untuk mencari  lokasi yang tepat untuk mendirikan candi. Setelah lahan ditemukan, pendeta menentukan denah halaman candi berdasarkan arah mata angin utama. Caranya, ia menancapkan tongkat pada titik yang akan digunakan sebagai pusat halaman candi.

Pada Candi Hindu, titik ini sangat disakralkan sehingga justru tidak menjadi bagian candi dan biasanya ditandai dengan lingga patok atau shudolingga Setelah lokasi ditentukan, batu-batu diangkat dari sungai terdekat dan dibawa kesekitar lahan pendirian candi.

Pondasi candi dibuat pada kedalaman antara 1,5 sampai 2 meter, dengan menyusun kerikil dan pasir  secara horizontal seluas halaman utama candi. Tebalnya, disesuaikan dengan dengan tinggi dan besar candi. Batu-batu disusun dan dihubungkan secara horizontal maupun vertikal dengan berbagai sistem pen kait. Pada titik-titik tertentu, dipasang batu pengunci, agar kaitan tidak tergoyahkan.

Pada bagian atap candi, batu-batu disusun dengan teknik lengkung semu yang membentuk sungkup, kemudian dikunci dengan batu penutup sungkup supaya ikatan batu menjadi kokoh. Batu penutup sungkup inilah yang menjadi titik kekuatan atap candi.

Setelah candi berdiri utuh, proses pemahatan ornamen dan relief dilakukan mulai dari bagian atas candi. Proses ini melibatkan biarawan ahli sastra dan arsitek selaku pembuat konsep. Setelah konsep disusun, pemahat kasar mulai membentuk figur maupun ornament. Ornamen ataupun relief kasar ini kemudian diperhalus lagi oleh pemahat detail. Agar lebih indah, beberapa relief diberi lapisan plester. (Sumber Monumen Agung di Lembah Para Dewa, BPCB Jateng)