You are currently viewing Dewa Dewi Masa Klasik (9), Narasimha Awatara

Dewa Dewi Masa Klasik (9), Narasimha Awatara

narasimhaMitologi Narasimha (www.ecoticindiaart.com)

Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah sampai telah menerbitkan buku. Buku-buku ini dibagikan secara gratis kepada masyarakat selama persediaan masih ada. Tak jarang karena persediaan telah habis banyak masyarakat tidak mendapatkan buku terbitan BPCB Jateng yang diinginkan. Salah satu permintaan masyarakat yang cukup tinggi adalah buku Dewa Dewi Masa Klasik yang diterbitkan BPCB Jateng pada tahun 2010. Berdasarkan kenyataan tersebut melalui laman ini akan ditampilkan isi buku Dewa Dewi Masa Klasik yang terbagi dari beberapa bagian.

Narasimha adalah awatara  Wisnu dalam wujud manusia berkepala singa. Kemunculan awatara ini dilatari oleh beberapa cerita mitologi, antara lain adalah seperti yang dimuat di dalam Kitab Purana. Adalah Hiranyakasipu dan Hiranyaksha, penjaga kahyangan Wisnu yang dikutuk menjadi roh jahat dan  musuh Wisnu. Hiranyakasipu memiliki beberapa senjata Brahma, karenanya ia menjadi sakti dan tidak dapat dibunuh oleh siapapun.  Pada saat terjadi peperangan antara para dewa dan  asura, para dewa hampir saja kalah. Wisnu akhirnya  dapat mengalahkan Hiranyakasipu, dengan berubah wujud menjadi narasimha. Dengan cakarnya Narasimha berhasil mengoyak Hiranyakasipu pada  saat senja, tepat di pintu gerbang istana asura.
Versi  lain menyebutkan bahwa setelah mendapatkan kesaktian dari para dewa Hiranyakasipu ingin menguasai dunia, dan sesumbar bahwa dalam kekuasaannya tak seorang pun boleh memuja Wisnu. Putra Hiranyakasipu, Prahlada, adalah pemuja Wisnu sejak lahir. Bahkan ketika dewasa, Prahlada menjadi guru dan mengajarkan pemikiran sekte Waisnawa. Melihat kenyataan ini, Hiranyakasipu berkali-kali berusaha membunuh Prahlada, tetapi selalu gagal karena ia dilindungi Wisnu. Hiranyakasipu pun semakin marah dan menantang Wisnu. Wisnu menjawab tantangan Hiranyakasipu,  ia kemudian berubah wujud  sebagai narasimha dan berhasil mengalahkan Hiranyakasipu dengan merobek dadanya, di waktu yang bukan siang dan bukan malam dan di tempat yang bukan rumah dan bukan halaman.  Dengan demikian dapat disebutkan bahwa munculnya Wisnu sebagai Narasimha adalah untuk membebaskan dunia dari penindasan Hiranyakasipu.
Penggambaran ikon Narasimha ditemukan di Candi Ijo, yang lokasinya berada di arah selatan Kompleks Candi Prambanan. Wisnu digambarkan dalam wujud teriomorfik, berupa manusia berkepala singa. Dalam arca tersebut, narasimha digambarkan berdiri dengan sikap dwibanga di atas padmasana. Hiranyakasipu telentang di atas paha kanan Narasimha, karena dadanya dirobek oleh kedua tangan Narasimha.  Wisnu yang muncul sebagai Narasimha pada arca ini tidak disertai dengan atribut Wisnu sebagaimana biasanya, bandingkan dengan visualisasi mitologi narasimha awatara. Penggambaran yang ditemukan di Candi Ijo tersebut Juga tidak termasuk di dalam kategori penggambaran Narasimha di India, baik yang dikenal sebagai Girija-narasimha, sthauna-narasimha, maupun Yanaka-narasimha.

Sumber: Buku Dewa Dewi Masa Klasik Terbitan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah