Gambaran Kehidupan Masyarakat Pendukung
Sebaran arca megalitik Pasemah yang menggambarkan suatu aktivitas antara manusia dengan manusia lainnya ataupun antara manusia dengan hewan. Arca-arca ini pun dapat dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu arca perempuan dan arca laki-laki. Arca manusia juga dapat dibedakan dari usianya menjadi arca manusia dewasa dan anak. Adanya perbedaan pengggambaran arca perempuan dan laki-laki ini menarik untuk dibahas dari sudut pandang gender sebagai upaya untuk mengetahui atau melihat bagaimana sosok sosok arca yang digambarkan oleh pembuatnya untuk kebutuhan ritual.
Diketahui bahwa pada masyarakat prasejarah masa megalitik kehidupan masyarakat sudah tertata, dimana ada pembagian kerja sesuai dengan peran masing-masing berburu, membuat logam, membuat gerabah, dan pengaturan secara sosial (Soejono, 2008: 245-255). Pembagian kerja berdasarkan keterampilan ini dapat dikatakan bahwa komunitas masyarakat pada masa itu baik laki-laki maupun perempuan mempunyai tanggung jawab yang sama dalam menjalankan kehidupannya. Masyarakat dengan kehidupan seperti ini seringkali disebut sebagai masyarakat yang egaliter . Ada pekerjaan yang dikerjakan secara gotong royong laki-laki dan perempuan untuk kepentingan orang banyak seperti membuka hutan untuk berladang, membakar semak belukar, menabur benih, berburu dan menangkap ikan serta kegiatan tukar menukar Ada juga pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan saja misalnya membuat gerabah, memelihara bayi dan anak di bawah umur, mencari ikan di air yang dangkal. Semua pekerjaan dilakukan atas kepentingan bersama di atas kepentingan individu yang dipimpin oleh seorang yang paling tua dan berwibawa yang merupakan seorang tokoh yang disegani yang dicapai denagn sistem‘primus interpares’ (yang terbaik di antara sesama) (Soejono, 2008).
Kehidupan megalitik di Pasemah berada pada masa perundagian dimana karakteristik temuan arca dan benda lainnya seperti perunggu dan pahatan nekara pada arca jelas menunjukkan adanya pengaruh budaya Dongson pada megalitik Pasemah. Dengan demikian pada masa ini menurut Engels adalah berada pada kondisi dimana perempuan sudah menjadi subordinasi laki- laki. Mengingat objek yang diteliti adalah arca dari masa lalu yang pembuatnya sudah tidak ada, maka analisis gender yang dipakai adalah berusaha memetakan bentuk arca laki-laki dan perempuan dan menghubungkannya dengan konteks arca tersebut pada masa megalitik. Titik perhatian sebagai unit analisis adalah pada atribut bentuk dan ruang yang pada tahap selanjutnya berupaya memetakan bagaimana sosok perempuan direpresentasikan dalam bentuk arca. Dalam tradisi megalitik perilaku membuat arca sangat erat kaitannya dengan suatu ritual penghormatan kepada arwah pemimpin yang sudah meninggal atau leluhurnya yang dianggap sebagai nenek moyang (ancestor worship).
Pada umumnya arca megalitik tidak berdiri sendiri, ia berada diantara benda megalitik lainnya antara lain dapat berupa sebaran dolmen, kubur batu, batu datar, lumpang batu, menhir, tetralith, sebaran monolith, lesung batu, dan arca batu. Arca-arca batu tersebut ada yang masih in situ sehingga mudah dikenali konteksnya dengan temuan lain di sekitarnya, ada juga yang sudah menjadi koleksi museum Provinsi Palembang yaitu Museum Balaputeradewa bahkan Museum Nasional di Jakarta.
Arca megalitik Pasemah digambarkan bervariasi, ada yang digambarkan bagian kepalanya saja, ada yang digambarkan secara tunggal bersama sosok manusia lainnya, ada yang digambarkan jamak baik bersama manusia dewasa ataupun anak-anak, serta bersama hewan. Arca tersebut menggambarkan manusia, hewan, dan manusia bersama hewan. Arca manusia ada yang digambarkan sendiri (tunggal) ada yang digambarkan berdiri membawa nekara, ada yang digambarkan duduk, ada juga yang digambarkan rebah ke kiri ataupun ke kanan. Arca magelitik jamak digambarkan ada yang menggendong satu anak, ada yang menggendong dua sampai tiga anak, sambil menunggang hewan gajah atau kerbau; ada juga yang digambarkan manusia tunggal sedang menunggang gajah atau kerbau, bahkan ada yang digambarkan manusia diilit ular dan diterkam dua ekor harimau. Ada pula arca manusia yang sedang memangku hewan gajah atau mengapit kerbau.
Arca manusia digambarkan ada yang membawa nekara dan senjata berupa pedang, parang panjang atau belati. Arca yang membawa senjata ini hanya ada delapan dari keseluruhan 64 sampel arca yang diteliti. Arca lainnya menggambarkan arca manusia menungang gajah atau kerbau, arca manusia menggendong anak, atau arca manusia dalam sikap duduk, berdiri atau rebah. Dari 64 sampel arca ini arca yang diperkirakan menggambarkan sosok perempuan ada 8 (delapan). Berikut ini akan dipaparkan contoh arca yang dapat dibedakan menurut gender.
(ditulis oleh: Nasruddin, artikel ini telah dipublikasikan dalam buku “Megalitik Pasemah: Penanda Zaman Selaras Alam“)
Bersambung