Masa Pendudukan Belanda

0
2600
BPCB Jambi

Poster ini berjudul “Masa Pendudukan Belanda”, poster ini dirancang dan didesain dalam rangka kegiatan pameran di Benteng Marlborough oleh BPCB Jambi. Bertepatan dengan pelaksanaan kegiatan peringatan Hari Pers Nasional 2014 di Provinsi Bengkulu, dimana puncak kegiatannya dipusatkan di Benteng  Marlborough.

BPCB Jambi

Sebelum pendudukan Inggris di Bengkulu, Belanda telah terlebih dahulu melakukan hubungan perdagangan dengan rakyat Bengkulu. Terjadinya pemberontakan dari kerajaan Selebar membuat Belanda harus meninggalkan Bengkulu. Belanda menduduki Bengkulu kembali setelah Inggris menyerahkan wilayah Bengkulu kepada Belanda berdasarkan Traktat London tanggal 17 Maret 1824. Alasannya karena Gubernur Inggris Sir Thomas Raffles memandang Singapura lebih strategis. Hal ini menyebabkan dia bersedia menyerahkan Bengkulu kepada Belanda dan diganti dengan pulau Singapura.

Dampak sosial dari adanya Traktat London terhadap Bengkulu, banyak penduduk yang meninggalkan Kota Bengkulu. Penguasaan Belanda di wilayah Bengkulu juga berdampak pada sosial politik yaitu dimulai dengan meniadakan hak-hak kepala adat negeri Bengkulu. Pengadilan negeri di bentuk untuk mengadili rakyat yang memberontak. Misalnya banyak ketua adat diadili dan dihukum mati. Kesewenangan Belanda terhadap rakyat Bengkulu menyulut pemberontakan dan perlawanan. Korban dari pemberontakan dan perlawanan rakyat Bengkulu adalah Assisten Residen Belanda Knoerle (1831-1833).

Belanda memandang Bengkulu sebagai wilayah yang potensial dengan kekayaan alam yang melimpah, salah satunya bahan tambang emas yang dimiliki daerah Lebong. Melihat potensi tersebut maka Belanda berusaha mendirikan tambang-tambang emas di daerah Lebong. Eksplorasi dan pertambangan emas pertama kali dilakukan Belanda di Lebong Donok pada tahun 1897 oleh Lebonggoud Syndicaat. Selain di Lebong Donok tambang emas juga ditemukan di Tambang Sawah yang mulai dieksplorasi pada tahun 1901. Secara keseluruhan pertambangan emas di dua daerah tersebut berlangsung sampai dengan tahun 1941 karena telah dianggap habis. Selain mengeksplorasi tambang emas di Lebong, Belanda juga membuka perkebunan teh di daerah Kabawetan.

Konsep dan Desain : Tim Dokumentasi dan Publikasi BPCB Jambi