Sebaran dan Figur Arca Laki-laki
Gambaran arca laki-laki lainnya dapat dibedakan dari penggarapan permukaannya, gerak dan bentuknya, meskipun tidak ditampilkan jenis kelaminnya, beberapa contoh gambaran arca laki- laki sengaja ditampilkan disini agar mudah membedakan gambaran arca laki-laki dari arca perempuan. antara lain terdapat di situs Tanjung Telang yang menggambarkan arca laki-laki sedang memangku gajah dan membawa senjata di punggung belakangnya. Arca dari situs Tinggi Hari III, yang menggambarkan laki-laki dengan penutuk kepala berupa helm, sedang memangku gajah. Arca laki-laki membawa anak di punggung belakang, menunggang gajah. Penggambaran arca laki-laki juga bervariasi.
Secara kuantitas tampaknya sosok perempuan digambarkan lebih sedikit dari pada laki-laki. Dari pengamatan terhadap 64 bentuk arca dari 29 situs di Pasemah, arca perempuan digambarkan hanya delapan, dengan cara penggambaran yang berbeda-beda. Gambaran tersebut antara lain menggendong anak, bersama anak, duduk sendiri, dan memegang hewan kecil. Gambaran Arca perempuan duduk sendiri hanya digambarkan satu kali. Sementara itu gambaran sosok perempuan bersama anak digambarkan enam kali. Penggambaran bersama laki-laki dewasa tampaknya digambarkan dalam hubungan laik-laki dan perempuan dewasa, yang seolah-olah sosok perempuan sedang memuaskan hasrat seksual laki-laki, dengan posisi jongkok dan wajah menghadap ke arah penis laki-laki. Penggambaran ini hanya satu kali, namun dapat menunjukkan bentuk aktivitas seksual yang dilakukan. 
Di lain sisi penggambaran arca laki-laki kebanyakan menggambarkan suatu aktivitas bersama hewan ,seperti menunggang gajah, menunggang kerbau, memangku gajah, mengapit gajah, mengapit kerbau, atau melepaskan diri dari llilitan ular. Gambaran memangku gajah digambarkan dua kali, sedangkan gambaran arca laki-laki menunggang gajah dan kerbau adalah yang paling sering dimunculkan. Laki-laki digambarkan memakai pakaian seperti prajurit lengkap dengan topi model helm yang menunjukkan adanya suatu aktivitas yang dinamis.
(ditulis oleh: Nasruddin, artikel ini telah dipublikasikan dalam buku “Megalitik Pasemah: Penanda Zaman Selaras Alam“)
Bersambung
