Kliping koran ini berjudul “Candi Cangkuang, Berkat Petunjuk Semut“, guntingan atau pemotongan artikel atau berita ini diambil dari Surat Kabar Kompas terbitan tanggal 28 Agustus 2002. Kegiatan pemotongan kliping koran yang diambil dari berita dan artikel tentang tinggalan cagar budaya merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan kelompok kerja Pelindungan Balai Pelestarian Cagar Jambi.
Temuan artefak berapa susunan batu yang diduga sebagai candi buatan abad ke-7 Masehi itu ditemukan sehari setelah peringatan Hari Kemerdekaan, Minggu (18/8), di Kampung Bojongmenje, Desa Cangkuang, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Susunan batu yang semula tertimbun tanah itu ditemukan sejumlah warga penduduk setempat ketika tengah melakukan penggalian tanah di dekat kuburan desa.
Sejak susunan batu menyerupai “candi” itu ditemukan, tiap hari ratusan orang berdatangan ke tempat tersebut untuk melihatnya. “Akhirnya kami harus melakukan penjagaan ketat. Saya mengerahkan petugas pertahanan sipil (Hansip) siang dan malam secara bergiliran,” kata A Ajat Sahrojat, Kepala Desa Cangkuang.
Ajat sendiri akhirnya ikut begadang hingga larut malam di lokasi penggalian. “Saya semalam memergoki tiga pemuda yang meloncati garis polisi (yang dipasang keliling lokasi). Mereka saya tegur, mau apa,” tutur Kepala Desa, Senin lalu.
Para pemuda itu menjawab dengan enteng, “Mau mengambil airnya untuk cuci muka. Cari berkah,” kata Ajat menirukan jawaban mereka. Begitu ditegur, mereka langsung meninggalkan lokasi penggalian. Ajat merasa bertanggung jawab terhadap
pengamanan lokasi penggalian benda yang sementara diyakini sebagai candi itu.
“Bila siang kami turunkan Hansip empat orang, dan malam juga empat orang. Ditambah polisi, dan saya juga ikut jaga,” tutur Ajat yang berharap penemuan candi tersebut bisa memberi berkah.
Sejak penemuan artefak tersebut masyarakat sekitar sudah merasakan berkahnya. Sejumlah warga langsung piembuka warung untuk menjual makanan dan minuman, menyediakan tempat parkir sepeda motor dan mobil. Kencleng (kotak amal) pun disodorkan kepada setiap pengunjung. “Uang dari kencleng itu untuk pos pengamanan, termasuk membayar Hansip-hansip. Mereka butuh makan dan minum,” tutur Ajat.
Petunjuk semut
Menurut warga, Dayat (50), penemuan benda tersebut berawal dari kehendak warga setempat untuk mencari tanah guna menguruk gang yang tidak rata tanahnya. Saat menginjak lahan milik Anen, mereka melihat sekerumunan semut. Achmad (50) dan kawan-kawannya mencoba menggali lokasi di sekitar lokasi kerumunan semut tersebut.
Setelah digali dengan kedalaman setengah meter, terlihat rongga tanah yang di sekelilingnya terdapat tumpukan batu yang tertata rapi. Penggalian terus dilakukan sampai formasi batu-batu itu terlihat. Ketika mencapai kedalaman sekitar 80 cm, penggalian pun dihentikan.
Mereka langsung melaporkan penemuan tersebut kepada kepala desa yang kemudian melaporkannya kc camat dan bupati. “Orang-orang arkeologi sudah datang kemari,” tutur Suyud Sudayat Sazali (42), tokoh masyarakat setempat. Ia mengaku, belum tahu apakah temuan artefak itu berupa candi atau bukan. “Yang jelas bendanya ada. Berupa susunan batu yang tertata rapi,” kata Suyud.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat, Memet H Hamdan, yang dihubungi mengatakan, pihaknya telah melaporkan penemuan warga tersebut kepada Kantor Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata di Jakarta.
Memet yang sudah melihatnya langsung bersama arkeolog meyakini temuan tersebut sebagai candi yang diperkirakan peninggalan abad ke-7. Setelah penemuan candi di Karawang yang disebut Candi Jiwa yang diperkirakan peninggalan abad ke-2, kata Memet, ditemukan lagi candi di Wonosobo dan di Ambara- wa vang dibangun antara abad ke-7 dan ke-8.
Dilihat dari abad-abad pembuatan candi, agaknya memang ada missing link (mata rantai putus) yang belum ditemukan. Ia berharap candi yang ditemukan di Rancaekek itu sebagai jawaban missing link tersebut. Awal September mendatang akan dilakukan ekskavasi terhadap temuan artefak tersebut.
Bokor emas
Penemuan benda yang menghebohkan itu merangsang warga lain untuk ramai- ramai melakukan penggalian di lokasi lain yang diduga menyimpan benda berharga. Di RT 10 RW 21 Kampung Me- karsari, Desa Baleendah, Kabupaten Bandung, misalnya, terdapat sebuah lokasi, tepatnya tii lengah Sungai Citarum yang sudah dangkal.
Di sungai itu diyakini Ma- mat (79), warga Setempat, tersimpan harta karun berupa bokor emas. Menurut dia, sudah ada orang yang datang akan menggali i lokasi sungai tersebut untuk mencari bokor emas. Namun diingatkan, agar berhati-hati melakukan penggalian, karena menurut dia di seputar lokasi itu terdapat keanehan-keanehan. “Ada randu-randu ajaib berbentuk tubuh perempuan,” tutur Mamat.
“Saya memang sudah mendapat cerita dari orangtua saya bahwa di tempat itu ada bokor emas. Tapi, untuk penggaliannya butuh biaya tinggi,” tutur Mamat yang sehari-hari menjual kacang dan jagung di pinggir jalan dekat jembatan Sungai Citarum. (nas)