Candi Cangkuang, Berkat Petunjuk Semut

0
2019
BPCB Jambi

Kliping koran ini berjudul “Candi Cangkuang, Berkat Petunjuk Semut“, guntingan atau pemotongan artikel atau berita ini diambil dari Surat Kabar Kompas terbitan tanggal 28 Agustus 2002. Kegiatan pemotongan kliping koran yang diambil dari berita dan artikel tentang tinggalan cagar budaya merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan kelompok kerja Pelindungan Balai Pelestarian Cagar Jambi.

Scan Image 2014-08-27 22-22-02

Temuan artefak bera­pa susunan batu yang diduga sebagai candi buatan abad ke-7 Masehi itu ditemukan sehari setelah pe­ringatan Hari Kemerdekaan, Minggu (18/8), di Kampung Bojongmenje, Desa Cang­kuang, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Susunan batu yang semula tertimbun tanah itu ditemukan sejumlah war­ga penduduk setempat ketika tengah melakukan pengga­lian tanah di dekat kuburan desa.

Sejak susunan batu menye­rupai “candi” itu ditemukan, tiap hari ratusan orang berda­tangan ke tempat tersebut un­tuk melihatnya. “Akhirnya kami harus melakukan penja­gaan ketat. Saya mengerah­kan petugas pertahanan sipil (Hansip) siang dan malam se­cara bergiliran,” kata A Ajat Sahrojat, Kepala Desa Cang­kuang.

Ajat sendiri akhirnya ikut begadang hingga larut malam di lokasi penggalian. “Saya semalam memergoki tiga pe­muda yang meloncati garis polisi (yang dipasang keliling lokasi). Mereka saya tegur, mau apa,” tutur Kepala Desa, Senin lalu.

Para pemuda itu menjawab dengan enteng, “Mau meng­ambil airnya untuk cuci mu­ka. Cari berkah,” kata Ajat menirukan jawaban mereka. Begitu ditegur, mereka lang­sung meninggalkan lokasi penggalian. Ajat merasa ber­tanggung jawab terhadap

pengamanan lokasi penggali­an benda yang sementara di­yakini sebagai candi itu.

“Bila siang kami turunkan Hansip empat orang, dan ma­lam juga empat orang. Ditam­bah polisi, dan saya juga ikut jaga,” tutur Ajat yang berha­rap penemuan candi tersebut bisa memberi berkah.

Sejak penemuan artefak ter­sebut masyarakat sekitar su­dah merasakan berkahnya. Sejumlah warga langsung piembuka warung untuk men­jual makanan dan minuman, menyediakan tempat parkir sepeda motor dan mobil. Kencleng (kotak amal) pun diso­dorkan kepada setiap pengun­jung. “Uang dari kencleng itu untuk pos pengamanan, ter­masuk membayar Hansip-hansip. Mereka butuh makan dan minum,” tutur Ajat.

Petunjuk semut

Menurut warga, Dayat (50), penemuan benda tersebut berawal dari kehendak warga setempat untuk mencari ta­nah guna menguruk gang yang tidak rata tanahnya. Saat menginjak lahan milik Anen, mereka melihat sekeru­munan semut. Achmad (50) dan kawan-kawannya men­coba menggali lokasi di seki­tar lokasi kerumunan semut tersebut.

Setelah digali dengan keda­laman setengah meter, terlihat rongga tanah yang di sekeli­lingnya terdapat tumpukan batu yang tertata rapi. Peng­galian terus dilakukan sampai formasi batu-batu itu terlihat. Ketika mencapai kedalaman sekitar 80 cm, penggalian pun dihentikan.

Mereka langsung melapor­kan penemuan tersebut kepa­da kepala desa yang kemu­dian melaporkannya kc camat dan bupati. “Orang-orang arkeologi sudah datang ke­mari,” tutur Suyud Sudayat Sazali (42), tokoh masyarakat setempat. Ia mengaku, belum tahu apakah temuan artefak itu berupa candi atau bukan. “Yang jelas bendanya ada. Berupa susunan batu yang tertata rapi,” kata Suyud.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat, Memet H Hamdan, yang dihubungi mengatakan, pihaknya telah melaporkan penemuan warga tersebut kepada Kantor Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata di Jakarta.

Memet yang sudah melihat­nya langsung bersama arke­olog meyakini temuan terse­but sebagai candi yang diper­kirakan peninggalan abad ke-7. Setelah penemuan candi di Karawang yang disebut Candi Jiwa yang diperkirakan peninggalan abad ke-2, kata Memet, ditemukan lagi candi di Wonosobo dan di Ambara- wa vang dibangun antara abad ke-7 dan ke-8.

Dilihat dari abad-abad pembuatan candi, agaknya memang ada missing link (mata rantai putus) yang be­lum ditemukan. Ia berharap candi yang ditemukan di Rancaekek itu sebagai jawaban missing link tersebut. Awal September mendatang akan dilakukan ekskavasi terhadap temuan artefak tersebut.

Bokor emas

Penemuan benda yang menghebohkan itu merang­sang warga lain untuk ramai- ramai melakukan penggalian di lokasi lain yang diduga me­nyimpan benda berharga. Di RT 10 RW 21 Kampung Me- karsari, Desa Baleendah, Ka­bupaten Bandung, misalnya, terdapat sebuah lokasi, tepat­nya tii lengah Sungai Citarum yang sudah dangkal.

Di sungai itu diyakini Ma- mat (79), warga Setempat, ter­simpan harta karun berupa bokor emas. Menurut dia, su­dah ada orang yang datang akan menggali i lokasi su­ngai tersebut untuk mencari bokor emas. Namun diingat­kan, agar berhati-hati mela­kukan penggalian, karena menurut dia di seputar lokasi itu terdapat keanehan-ke­anehan. “Ada randu-randu ajaib berbentuk tubuh perem­puan,” tutur Mamat.

“Saya memang sudah men­dapat cerita dari orangtua saya bahwa di tempat itu ada bokor emas. Tapi, untuk peng­galiannya butuh biaya tinggi,” tutur Mamat yang sehari-hari menjual kacang dan jagung di pinggir jalan dekat jembatan Sungai Citarum. (nas)

BPCB jambi