Kliping koran ini berjudul “Selat Bangka Kuburan 148 Kapal“, guntingan atau pemotongan artikel atau berita ini diambil dari Sriwijaya Post terbitan tanggal 24 Desember 1998. Kegiatan pemotongan kliping koran yang diambil dari berita dan artikel tentang tinggalan cagar budaya merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan kelompok kerja Pelindungan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi.

BPCB jambi

Pangkalpinang, Sriwijaya — Perairan Mentok di Selat Bangka diperkirakan kaya dengan benda-benda berhar­ga. Selain ratusan ton emas dan permata dari kapal pe­rang Jepang, Ashigara, yang tenggelam di posisi 16 mil Tanjungular, 8 Juni 1945. Selat tersebut juga menyimpan benda berharga dari 148 kapal yang terkubur semasa Dinasti Ming, Han, Portugis, dan Perang Dunia II.

Tetua (tokoh masyarakat) Ko­ta Mentok, M Isa Djamaludin yang dikenal sebagai penulis lo­kal sejarah Mentok kepada Sri­wijaya Post di kediamannya Kam­pung Tanjung, Mentok, Selasa (22/12), menuturkan di antara 148 kapal yang tenggelam di Se­lat Bangka itu, terdapat kapal Portugis dengan nama lambung Emilia.

Kapal tersebut tenggelam dua ratusan tahun lalu di Karang Be­rang-berang, masih dalam perair­an Mentok. “Emilia membawa barang-barang Portugis. Tahun lalu ada sejumlah orang Jepang yang melakukan penyelaman di sana,” kata Isa.

Mengenai kapal perang Ashi­gara yang disebut-sebut memba­wa ratusan ton emas dan perma­ta, Isa tidak bisa memastikan be­sarnya jumlah benda berharga ter­simpan di kapal Kerajaan Jepang itu. “Memang benar ada banyak informasi tentang hal itu. Di an­taranya kabar dari Malaya (Ma­laysia) bahwa Inggris menanam hartanya di Teluk Mungis. Tapi setelah digali tak ada apa-apa,” kata Isa.

Sepengetahuannya, Ashigara yang membawa satu batalyon balatentara Jepang (perwira dan prajurit) dan senjata, tenggelam setelah kena terpedo yang dilun­curkan kapal Teranchant milik Sekutu 8 Juni 1945. “Ashigara ter­libat tembak-menembak. Namun terpedo Teranchant mengenai Ashigara yang mengakibatkan kapal itu terpotong menjadi dua bagian,”ujar Isa.

Ashigara saat ini berada di se­putar karang Hendrik/Fredik, se­buah karang yang memiliki arus sangat kuat. Lokasi tenggelam­nya mudah diketahui karena ti­ang radar kapal bertonase 13.000 ton itu masih menyembul di per­mukaan laut.

Sementara itu, Andi Asmara, Direktur Utama PT Arimic Putra Pratama Mulia (APPM) —perusa­haan nasional yang telah menda­pat izin mengangkat benda ber­harga Ashigara dari Menko Pol­kam—, Senin (21/12), mengemu­kakan pihaknya pada bulan Fe­bruari 1999 hanya akan mengang­kat benda berharga saja. Sedang­kan tulang-belulang 986 tentara Jepang akan dikembalikan ke posisi semula —di dalam kapal.

Pengangkatan kapal tersebut dilakukan bersama investor Je­pang dan PT APPM di bawah pe­ngawasan Panitia Nasional Peng­angkatan dan Pemanfaatan Ben­da Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam dari Menko Pol­kam.

“Dalam pengangkatan itu be­sar kemungkinan sejumlah war­ga Jepang akan datang. Mereka itu di antaranya keluarga tentara Jepang yang tewas dan rekan- rekan mereka yang kini masih hidup,” ujar Andi Asmara.

Menurut Andi, di perairan Be­litung juga kaya dengan benda berharga, yakni dari kapal da­gang semasa Dinasti Ming. “Izin pengangkatanya telah diberikan kepada perusahaan lain,” ujar Andi yang tahun 1995 berhasil mengangkut ratusan potong ke­ramik dari kapal dagang semasa Dinasti Ming di perairan Tidore dan perairan Teluk Kao, Maluku Utara tahun 1997. (eja)