Arca Budha Bukit Siguntang ditemukan pada tahun 1920-an di Bukit Siguntang. Pada saat ditemukan, arca ini terdiri dari beberapa fragmen arca batu granit yang ternyata berasal dari sebuah arca buddha yang berukuran cukup besar. Kepala arca ini semula disimpan di Museum Nasional kemudian disatukan kembali dengan badannya. Bagian kaki arca ini, hingga sekarang belum ditemukan. Pada saat ini Arca Buddha Bukit Siguntang dapat dilihat di halaman Museum Sultan Mahmud Badarudin 2 yang berada di Kawasan Benteng Kuto Besak.
Arca Buddha yang ditemukan di Situs Bukit Siguntang ini digambarkan dalam sikap berdiri. Rambutnya digambarkan ikal-ikal kecil menutupi seluruh bagian kepala dan di bagian tengah atas terdapat semacam sangul berbentuk bulat dan kecil (usnīsa). Pakaian yang dikenakan adalah semacam jubah panjang, bergaris-garis. Pakaian tersebut menutup kedua bahunya.
Mengenai pertanggalan dilihat dari penggambaran arca yang secara keseluruhan tampak bahwa arca tersebut bergaya seperti arca-arca dari masa seni Amarāwati (Krom 1931: 29-33; Suleiman 1980: 14). Ghosch berpendapat bahwa arca Buddha dari Bukit Siguntang ini dapat dimasukkan ke dalam periode abad ke-4 Masehi, sedangkan Bachhofer menempatkan pada abad ke-2 Masehi (Sastri 1949: 103). Sementara berdasarkan pada penggambaran gaya pakaian terlihat adanya pengaruh dari gaya seni pada masa Gupta, yaitu abad ke-5 Masehi (Majumdar 1935: 75-78). Namun Schnitger cenderung berpendapat bahwa arca tersebut berasal dari abad ke-5-6 Masehi (Schnitger 1937: 2-3) dan menurut Shuhaimi bila dilihat dari penggambaran gaya pakaian tampak adanya pengaruh seni antara Gupta dan post-Gupta (Nik Hassan Shuhaimi 1979: 33-40; 1984: 265-266). Didasarkan pada gaya seni tersebut, kemungkinan arca Buddha dari Bukit Siguntang ini dapat ditempatkan pada abad antara 6-7 Masehi.