Situs Sirit Gopar terletak di lereng Gunung Pulosari di Kampung Gombrang, Desa Cikoneng, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandegalang, Provinsi Banten, pada koordinat 06°19’20.4” LS dan 105°58’52” BT. Peninggalan yang menonjol di situs ini adalah menhir berukuran panjang 85 cm berbentuk phallus. Masyarakat setempat menyebut menhir tersebut dengan istilah “Sirit Gopar” yang dalam bahasa lokal berarti alat kelamin pria. Menhir “Sirit Gopar” dibentuk dari batu yang dipahat menyerupai phallus. Bagian bawah menhir berukuran lebih kecil daripada bagian badan dan puncak menhir. Menhir ditopang bolder batu di sekelilingnya sehingga berdiri tegak. Saat ini kondisi menhir dalam posisi rebah dikarenakan bagian bawah menhir tidak masuk cukup dalam ke tanah.
Tinggalan tradisi megalitik di Nusantara antara lain berupa: kubur batu, menhir, dolmen, lumpang batu, batu bergores, batu dakon, teras berundak, arca megalitik, arca menhir, serta beberapa bangunan tradisi megalitik dengan penamaan lokal seperti waruga, pandusa, kalamba, sarkofagus, dan lain-lain. Yang menarik adalah temuan tradisi megalitik yang bentuknya tidak umum, jika dibandingkan budaya saat ini. Bentuk yang “tidak umum” tersebut menyerupai anatomi alat kelamin laki-laki yang dikenal dengan istilah phallus, seperti Sirit Gopar, yang diinterpretasikan sebagai sarana pemujaan. Penggambaran alat kelamin merupakan simbol dari kelahiran dan proses penciptaan baru. Simbol kesuburan ini merupakan pesan dari masa lalu, dimana kesuburan dijabarkan dalam pengertian yang luas. Tidak hanya dilihat dari fisiknya saja, tetapi harus ditempatkan dalam kerangka yang lebih luas bahwa simbol tersebut merupakan bentuk interaksi antara dunia bawah dan dunia atas, atau keseimbangan antara makrokosmos dan mikrokosmos (Juliadi, 2004).
Kesuburan dalam pengertian yang lebih luas adalah menjaga keseimbangan alam dimana ekosistem lingkungan harus terus dijaga jika ingin alam bersahabat dengan kita, manusia. Phallus Sirit Gopar telah memberikan pesan kepada kita tentang pentingnya mempertahankan kesuburan, dalam arti yang luas. (Sumber : Buku Data Base Cagar Budaya di Kabupaten Pandeglang, BPCB Banten).