Masyarakat Adat Baduy yang bersahaja (2)

menjemur benang
menjemur benang

Pemukiman Baduy secara geografis terletak di bagian utara kawasan pegunungan Kendeng, tepatnya di desa Kanekes, kecamatan Leuwidamar, kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Wilayah ini berada pada ketinggian 400 – 600 di atas permukaan air laut, dengan topografi tanah berbukit-bukit. Kampung Ciboleger yang terletak di kelurahan Bojong Menteng adalah gerbang utama untuk memasuki kawasan tanah adat Baduy. Dari Ciboleger, perjalanan ke pemukiman Baduy membutuhkan waktu empat jam lebih dengan berjalan kaki, dan harus menempuh medan yang berbukit-bukit.

Kampung Kaduketug yang berada di wilayah Baduy Luar, adalah kampung terdepan dari pemukiman Baduy. Dapat dikatakan kampung Kaduketug merupakan batas antara pemukiman Baduy dengan pemukiman penduduk di sekitarnya. Struktur masyarakat pada komunitas adat Baduy memiliki keunikan, yakni dengan keberadaan dua komunitas dalam satu wilayah adat, yaitu komunitas adat Baduy Luar dan komunitas adat Baduy Dalam. Keduanya sama-sama bagian dari kesatuan komunitas adat Baduy.

Sesungguhnya, mereka merupakan saudara yang tinggal di wilayah yang sama, bahasa yang digunakan sama, mata pencaharian yang sama yakni berkebun, berladang, mengolah hasil hutan, dan sesekali menjual hasil buminya ke luar kawasan Baduy. Kisah terjadinya dua komunitas adat ini tidak pernah tercatat dalam naskah tertulis, karena budaya tulis dianggap tabu dalam masyarakat Baduy. Berdasarkan tuturan lisan yang diturunkan secara turun-temurun, pada mulanya mereka berasal dari komunitas yang sama, dengan aturan-aturan adat asli yang sangat ketat. Namun seiring dengan dinamika zaman, pergaulan antar komunitas menjadi jamak. Terjadi persinggungan dan percampuran budaya antara masyarakat Baduy dengan masyarakat luas, dimana sebagian warga Baduy mengadopsi secara terbatas budaya luar tersebut. Komunitas Baduy yang telah mengadopsi budaya luar menjadi komunitas adat Baduy Luar, adapun komunitas Baduy yang masih memegang teguh adat istiadatnya disebut dengan komunitas adat Baduy Dalam.

perjalanan menuju seba baduy
perjalanan menuju seba baduy

Sebagai sesama saudara, mereka tidak terpisah. Namun secara bijak membagi wilayahnya menjadi dua bagian, yakni kawasan Baduy Luar yang berbatasan langsung dengan dunia luar, dan kawasan Baduy Dalam yang terlindungi di bagian dalam wilayah adat Baduy. Selain wilayah pemukiman, terdapat beberapa perbedaan yang jelas dan menjadi penanda di antara keduanya. Komunitas Baduy Dalam cenderung lebih tertutup. Kondisi tersebut terbawa oleh keputusan yang telah mereka ambil untuk tetap memegang teguh adat istiadat. Mereka secara sadar dan rela memilih dan menjalani hidup dalam kesederhanaan, jauh dari hiruk-pikuk dunia modern dengan kecanggihan dan pesonanya.

Salah satu aturan yang harus mereka patuhi adalah warga Baduy Dalam tidak diperbolehkan naik atau mengendarai kendaraan bermotor. Perjalanan kemana pun hanya dengan berjalan kaki. Busana warga Baduy Dalam pun sangat khas. Baju yang mereka kenakan selalu berwarna putih atau hitam. Di sisi lain, warga Baduy Luar tampak lebih terbuka dan dinamis. Untuk bepergian, mereka tidak tabu naik kendaraan jenis apapun, sehingga pergaulan dan jangkauan jelajahnya menjadi lebih luas. Pakaian adat sehari-hari yang mereka kenakan dominan warna hitam dengan ikat kepala berwarna biru tua bermotif batik.

jembatan yang menghubungkan Baduy Dalam dan Baduy Luar
jembatan yang menghubungkan Baduy Dalam dan Baduy Luar

Dapat dikatakan bahwa komunitas Baduy Luar menjalankan fungsinya sebagai benteng sekaligus filter yang langsung berhadapan dengan keagresifan budaya luar. Persamaan di antara komunitas Baduy Dalam dan Baduy Luar adalah mereka tetap berupaya mempertahankan falsafah dan praktek kesederhanaan hidup ala Baduy, menjaga dan memelihara hidup penuh kedamaian, keluhuran budi pekerti, perilaku, dan etos kerja.

(dari berbagai sumber)

bersambung…