Bekas Stasiun Pangandaran terletak di Jalan Stasiun, Dusun Karangsalam, Desa Pananjung, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, pada ketinggian 17 m di atas permukaan laut. Arah hadap bangunan ke selatan, adapun batas utara stasiun terdapat pekarangan dan rumah penduduk, batas selatan terdapat Jalan Stasiun, batas barat Jalan Stasiun, dan batas timur terdapat pemukiman penduduk.
Stasiun Pangandaran sudah tidak digunakan lagi sejak tahun 1984, meskipun sebelumnya memang tidak beroperasi setiap hari, informasi Panji Irawan, penduduk setempat yang berjualan di depan stasiun. Stasiun ini digunakan untuk mengangkut penumpang jurusan Banjar – Cijulang. Lebih lanjut, Panji Irawan mengatakan bahwa sekitar 5 tahun yang lau, pihak PT KAI mengangkat rel yang ada di sekitar stasiun, dikarenakan banyak penduduk yang mengambil rel yang sudah tidak digunakan tersebut.
Bangunan bekas Stasiun Pangandaran ini tampak kumuh, kotor, tidak terawat dan hampir di semua bagian bangunan mengalami kerusakan. Bangunan stasiun berdenah persegi, berukuran 20,80 m x 5,44 m, pintu masuk berada di sisi selatan, yang simetris dan sejajar dengan pintu di sisi utara, akses menuju kereta. Bangunan beratap model pelana, dengan penutup atap berupa genteng tanah liat. Atap ditopang oleh beberapa konsul di setiap sisi. Tampak selatan, terdapat pintu selebar 253 cm. Pintu tersebut diapit oleh dua pilaster berupa susunan bolder ekspose, yang selain sebagai struktur penguat sekaligus berfungsi estetis. Di barat pintu masuk berderet tiga jendela panil kayu.
Sisi timur bangunan bekas Stasiun Pangandaran terhalang bangunan yang dibangun agak menempel dengan bangunan stasiun. Pada dinding atas terdapat tulisan “Pangandaran ± 7 M”. Pada sudut dinding terdapat pilaster yang serupa dengan pilaster di pintu masuk, yakni berupa susunan bolder ekspose.
Sisi utara terdapat pintu yang dahulu merupakan akses untuk naik ke kereta. Pintu ini simetris dan sejajar dengan pintu sisi selatan. Di kiri – kanan pintu terdapat pagar langkan setinggi 90 cm berupa susunan bolder ekspose. Di barat pintu untuk naik ke kereta, terdapat dua ruang, yakni ruang tiket dan ruang kepala stasiun.
Ruang kepala stasiun, yakni ruangan yang paling barat, sisi utara agak menjorok ke luar sehingga tidak segaris dengan dinding ruang tiket. Pintu masuk ke ruang kepala stasiun berada di sisi timur, berupa pintu panil kayu. Lantai ruang kepala stasiun lebih tinggi dibandingkan ruangan lain, karena untuk masuk ke ruangan ini harus menaiki dua trap anak tangga. Dinding sisi utara ruang kepala stasiun bagian bawah berupa plesteran bolder setinggi 90 cm dan atasnya berupa panil kayu dan kaca.
Sisi barat bangunan bekas Stasiun Pangandaran terdapat satu pintu dengan satu daun pintu model panil kayu. Untuk masuk ke pintu harus menaiki dua trap anak tangga. Terdapat tiga pilaster pada dinding barat yang selain sebagai struktur penguat sekaligus sebagai estetika. Di atas pilaster terdapat profil dinding. Pada dinding atas terdapat lubang angin berbentuk segi lima yang ditutup susunan kayu model krepyak. Di bawah lubang angin terdapat tulisan PANGANDARAN +7 M. Dinding barat bagian bawah berupa plesteran bolder. Lantai pada ruang tunggu berupa ubin berwarna abu-abu dengan motif bulat-bulat, berukuran 20 x 20 cm.