You are currently viewing Batu Wongwongan, lingga di hutan desa Lebak Situ, Kabupaten Lebak
Temuan "batu wongwongan" di Lebak, Banten

Batu Wongwongan, lingga di hutan desa Lebak Situ, Kabupaten Lebak

Batu wongwongan, sebutan oleh masyarakat sekitar, berbentuk seperti Lingga Yoni, hanya saja bentuk Yoni tidak memiliki cerat dan di setiap mukanya terdapat kepala arca dengan detail hiasan kepala berupa rambut dan anting-anting, sedangkan mukanya sudah agak aus. Objek ini terdapat di desa Lebak Situ, Kabupaten Lebak, berada tengah hutan perkebunan, di antara Sungai Ciwongwongan.

Tinggalan arkeologi ini bentuknya seperti Lingga Yoni tapi tidak memiliki cerat, dan bagian phallus yang tidak dapat dipisah, lebih seperti Lingga yang ditempatkan disebuah asana. Sedangkan bentuk Yoni tidak berprofil pelipit seperti kebanyakan Yoni yang dijumpai di tanah Jawa. Terdapat 4 buah wajah yang diukir secara 3 dimensi lengkap dengan perhiasan seperti anting-anting dan model rambut yang cukup jelas, serta bagian dasar Yoni yang tidak simetris dimensinya dengan badan dan bagian atasnya. Bentuk seperti ini tidak dijumpai dimanapun di tanah Jawa.

Dalam konsep ikonografi dewa-dewa Hindu, jika  keempat kepala dan wajah digambarkan menempel di bagian Lingga, maka dapat disebut mukhalingga yang berarti penggambaran aspek Siwa pada Lingga. Jumlah muka yang digambarkan bervariasi, ada satu, empat, atau lima, dan jarang sekali ditemukan pada periode Jawa Tengah Kuna. Di sisi lain, ada juga Lingga yang berdiri sendiri tanpa Yoni, yang disebut pseudo Lingga atau Lingga semu yang cirinya hanya memiliki bentuk silindris dan persegi saja, yang berfungsi sebagai patok atau batas, biasanya batas sebuah candi atau tanah sima, oleh karena itu disebut juga sebagai lingga patok.

Keberadaan Lingga Yoni menunjukkan adanya pemujaan Siwa, dan pemujaan tersebut berlangsung di sebuah tempat, bisa berupa candi atau lokasi yang disucikan. Siwa sebagai dewa utama yang banyak dipuja di tanah Jawa, biasanya tidak berdiri sendiri. Siwa selalu dikelilingi oleh keluarga serta wahananya, minimal “ditemani” oleh Nandisa atau sering disebut Nandi sebagai wahana atau kendaraannya. Keluarganya yang lain yakni Durga atau Parwati sebagai sakti atau istri, Ganesha sebagai anak, Agastya sebagai perwujudan Siwa Mahaguru, Kartikeya sebagai anak, Mahakala dan Nandiswara sebagai penjaga pintu candi.