Anyer. Suatu kawasan yang berada di ujung barat Pulau Jawa yang memiliki pesona keindahan. Kecantikan sunsetnya sangat menawan. Pasir putihnya, deburan ombaknya sangat mamanjakan mata. Pesona pantai-pantainya yang eksotis tidak kalah dengan pesona pantai kuta di Bali.
Di balik keindahan alam Anyer, mungkin banyak yang belu tahu bahwa kawasan Anyer juga memiliki potensi sebagai wisata budaya…… yaitu sebuah situs prasejarah berupa kubur prasejarah yang menggunakan tempayan sebagai wadah kuburnya ataupun tanpa wadah yang disertai dengan bekal kuburnya ataupun tanpa bekal kubur.
Riwayat Penemuan.
Awal penemuan kubur prasejarah di kawasan Anyer ini pertama kali ditemukan oleh penduduk setempat yang kemudian diteliti oleh para ahli dimulai pada tahun 1955 yang pada akhirnya menemukan tempayan besar yang digunakan sebagai wadah kubur dengan rangka didalamnya yang berposisi jongkok. Penelitian dikawasan Anyer sempat terputus sampai pada tahun 1976 dilakukan penelitian lagi setelah adanya penemuan pecahan tempayan dan tulang-tulang manusia dipermukaan tanah dengan posisi membujur lurus dengan arah hadap timur – barat (kepala di bagian arah barat/mengarah ke laut). Kemudian pada tahun 1979 Pusat Penelitian Arkeologi Nasional melakukan penggalian arkeologis (ekskavasi) yang menghasilkan temuan-temuan berupa rangka manusia, tempayan, gerabah, manik-manik, benda logam, dan kerang. Tahun 2008 ditemukan kembali sebuah rangka manusia saat salah seorang penduduk menggali tanah untuk membetulkan pipa paralon di dekat rumahnya. Rangka manusia ini tidak menggunakan wadah dan terletak dalam posisi membujur dengan arah hadap barat laut – tenggara dengan kepala terletak di bagian arah barat laut. Penemuan rangka manusia terjadi lagi pada tahun 2011 saat proses pembuatan pondasi sebuah villa, yaitu empat buah kerangga tanpa disertai dengan wadah kubur. Dari hasil penemuan-penemuan kerangka tersebut dapat menambah data mengenai sistem-sistem penguburaan yang pernah berlangsung di wilayah Anyer pada masa lalu.
Cerita yang berkembang
Penemuan-penemuan kerangka ini telah menumbuhkan beragam cerita-cerita di masyarakat setempat. Terdapat beberapa cerita yang berkembang terkait dengan temuan-temuan rangka seperti menghubungkan temuan-temuan rangka tersebut dengan bencana meletusnya gunung Krakatau pada tahun 1883, hal ini karena temuan rangka-rangka ini tidak memperlihatkan arah hadap yang beraturan. Cerita lainnya adalah bahwa temuan rangka yang terdapat di dalam tempayan ini adalah orang-orang yang hidup sebelum masuknya agama Islam, masyarakat setempat menyebutnya dengan nama orang-orang “budo”.
Selain cerita diatas, berkembang juga cerita temuan rangka-rangka manusia ini yang dikaitkan dengan jaman penjajahan Jepang. Rangka-rangka manusia ini merupakan sisa-sisa pekerja rodi yang mati dibunuh oleh tentara Jepang.
Penguburan Prasejarah Kawasan Anyer
Penguburan masa Prasejarah di Indonesia terdapat dua buah jenis yaitu kubur memakai wadah dan kubur tanpa wadah. Kedua jenis penguburan ini banyak ditemukan di daerah-daerah pantai, salah satunya ditemukan di Kawasan Anyer.
Penguburan dengan menggunakan suatu wadah berupa tempayan atau peti batu seperti kubur dolmen, kubur peti batu, kubur bilik, tempayan batu (kalamba, waruga), dan keranda batu (sarkofagus). Penguburan dengan menggunakan wadah biasanya hanya dilakukan untuk orang-orang yang terhormat atau terkemuka dalam masyarakat.
Temuan penguburan dengan menggukan wadah di kawasan Anyer yaitu penguburan dengan menggunakan wadah dari tempayan. Jenazah yang ditempatkan di dalam wadah kubur berupa tempayan ini memiliki sikap/bersikap jongkok atau sikap terlipat. Sikap ini dimungkinkan dengan adanya kepercayaan kelahiran kembali sesudah kematian, hal ini dikarenakan sikap ini serupa dengan sikap janin yang ada didalam kandungan seorang ibu yang sedang mengandung.
Jenazah yang dimasukan ke dalam wadah dilakukan dengan cara memecahkan dahulu mulut tempayan. Tempayan yang telah berisi jenazah ditutup kembali oleh pecahan periuk (kereweng) besar. Selain tempayan sebagai wadah kubur, terdapat pula periuk-periuk kecil, kendi, pendupaan, manik-manik, dan benda perhiasan lainnya yang diikut dikuburkan sebagai bekal kubur.
Tempayan-tempayan kubur yang banyak ditemukan di Indonesia pada umumnya polos atau diupam berwarna kecoklatan, kemerahan atau kekuningan. Tempayan-tempayan kubur ini memiliki ukuran tinggi sekitar 50 – 80 cm dengan garis tengah antara 40 – 60 cm. Dasar tempayan bulat dan bibir melipat miring ke luar atau melengkung ke luar.
Selain temuan penguburan menggunakan wadah, kawasan Anyer juga ditemukan penguburan tanpa menggunakan wadah kubur. Penguburan tanpa menggunakan wadah kubur adalah penguburan jenazah atau si mati yang ditanam ke dalam tanah tanpa menggunakan wadah, biasanya memiliki sikap yang membujur (terlentang) disertai dengan bekal kubur ataupun tanpa bekal kubur. Kadang-kadang penguburan tanpa wadah ditemukan di dekat kubur-kubur tempayan.
Wisata Budaya Di Kawasan Anyer
Banyaknya temuan kerangka-kerangka pada penguburan prasejarah di kawasan Anyer ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah setempat ataupun oleh pemerintah provinsi untuk memajukan potensi wisata budaya di kawasan Anyer. Hal ini dapat diwujudkan dengan pembangunan museum terbuka tentang penguburan prasejarah di kawasan Anyer. Model seperti ini sudah dilakukan di Provinsi Bali tepatnya di Kawasan Gillimanuk yang juga banyak ditemukan kerangka-kerangka pada penguburan prasejarah di kawasan tersebut.
Museum Gillimanuk menampilkan lubang-lubang penggalian di area terbuka yang didalamnya terdapat kerangka-kerangka manusia bekas penguburan prasejarah yang memakai wadah kubur ataupun yang tanpa wadah kubur. Dengan adanya museum tersebut kiranya dapat meningkatkan potensi wisata budaya selain wisata alam di Kawasan Anyer. Jadi, selain menikmati pemandangan alam berupa pantai yang indah kita juga bisa mendapatkan ilmu pengetahuan khususnya mengenai cara-cara penguburan yang dilakukan pada masa prasejarah.