Nama Lebak dengan ibukotanya Rangkasbitung, semakin dikenal ketika Eduard Douwes Dekker, yang menjabat sebagai Asisten Residen Lebak pada tanggal 4 Januari 1856 mengajukan permintaan berhenti. Ia melihat kesewenang-wenangan terhadap penduduk Lebak, baik yang dilakukan oleh institusi lokal, bupati, serta pemerintah Belanda sebagai institusi pusat di Batavia. Eduard Douwes Dekker melaporkan kesewenang-wenangan tersebut kepada Gubernur Jenderal Duymaer van Twist tetapi tidak ditanggapi. Akhirnya pada 4 April 1856, ia mengundurkan diri dari jabatannya dan kembali ke Batavia.
Multatuli adalah nama pena Eduard Douwes Dekker dalam karyanya Max Havelaar yang diterbitkan pada tahun 1859 di Belgia. Residentie Assisten Recident van Lebak, yakni rumah yang dulu pernah menjadi kediaman Eduard Douwes Dekker, berada di Dusun Lebak Sarinten, Kelurahan Muara Ciujung Barat RT/RW 01/08 No. 61 L, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Saat ini bekas rumah tinggal Multatuli hanya tersisa sebuah dinding dengan profil di bagian atasnya.