Pembukaan Gebyar Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2019
Pendidikan lewat prestasi akademis yang baik bukan satu-satunya tujuan. Diperlukan karakter yang baik lewat pemajuan kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Karakter juga penting ditengah tantangan global dan persiapan menghadapi bonus demografi. Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Supriano dalam acara Pembukaan Gebyar Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2019 tingkat Provinsi Jawa Tengah yang dipusatkan di Pendhapi Gede Balaikota Surakarta, Jawa Tengah.
Hari Pendidikan Nasional adalah momentum penting untuk menumbuhkan kembali semangat Ki Hadjar Dewantara sebagai “Bapak Pendidikan Nasional” untuk mencerdaskan anak bangsa Indonesia.
“Tantangan bonus demografi yang begitu besar. Ada 48 juta anak-anak kita ketika 100 tahun Indonesia Merdeka nanti, kalau tidak diberi pendidikan dan pelayanan pendidikan yang baik, tentu ini akan menjadi beban bangsa”, ujar Dirjen GTK.
Ia pun menjelaskan Gebyar Hardiknas 2019 yang mengusung tema “Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan” bukan tanpa alasan. Menurutnya, prestasi pendidikan lewat pencapaian akademis yang baik bukanlah satu-satunya tujuan. Diperlukan juga karakter kuat yang bersumber dari nilai-nilai luhur budaya lewat karya seni dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia.
“Kita tidak hanya mengejar hanya akademisnya bagus, tapi karakternya tidak baik. Untuk apa kita begitu banyak mengeluarkan dana tapi hanya menghasilkan satu kekuatan saja di bidang akademis cukup bagus. Tapi, pendidikan karakter moral anak anak itu tidak secara maksimal diperoleh”, ungkapnya
Dia kemudian menjelaskan melalui kebudayaan, karakter anak-anak Indonesia dibangun. Ia mencontohkan lewat bermain gamelan, anak-anak yang tampil di Pendhapi Gede Balalikota Solo juga belajar beragam pendidikan karakter penting seperti kesabaran, kerjasama dan ketahanan.
“Yang menarik dan penting adalah bagaimana mereka menerapkan pendidikan karakter yang didapat dalam kehidupan. Ini yang penting”, tegas Supriano.
Dengan acara ini mampu menggugah perhatian dari semua pihak dalam memajukan pendidikan. Dengan perhatian dari setiap pihak akan dapat menciptakan ekosistem pendidikan yang baik bagi para siswa. Dalam kegiatan ini juga ditampilkan berbagai keistimewaan budaya di Jawa Tengah yang dihadirkan oleh beberapa UPT Kebudayaan Kemendikbud yang ada di Jawa Tengah.
“Diharap ada koordinasi kebersamaan agar Indonesia menghasilkan SDM yang meningkat, semoga ini menjadi bahan untuk jadi lebih baik”, pungkasnya.
Dalam kesempatan itu Supriano mengucapkan, ”Terima kasih pada Pemerintah Kota Surakarta yang telah membantu Gebyar Hardiknas yang serentak dilakukan di seluruh Indonesia”.
Pada tahun ini puncak Gebyar Hardiknas diselenggarakan di Papua sebagai bukti bahwa pembangunan mulai di seimbangkan antara Jawa dan luar Jawa. “Diharapkan Gebyar Hardiknas kita bersinergi antara pusat dan daerah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan” lanjut Supriano.
Balai Konservasi Borobudur sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan wilayah Jawa Tengah ikut serta melaksanakan Pameran Pendidikan dan Bazzar Buku Murah di Kota Surakarta 22-27 April 2019 dengan menyajikan stan interaktif bagi masyarakat.
Stan berisikan perpustakan mini lengkap dengan tempat baca yang nyaman bagi para pengunjung. Selain itu disajikan berbagai media interaktif seperti permainan puzzle Relief Jataka yang sarat akan pendidikan moral dan pengenalan Relief Karmawibhangga melalui Game RPG yang saat ini sedang diminati para anak muda di Indonesia.