Kisah Burung Pelatuk dan Seekor Singa
Relief ini terletak di sisi selatan tingkat I pagar langkan rangkaian atas bidang j nomor 133, 134 dan 135.
Kisah menceritakan di sebuah hutan hidup burung yang baik hati. Ia berbulu indah dan tidak mau menyakiti makhluk lainnya. Oleh karena itu ia merasa cukup hanya makan bunga, daun dan buah-buahan.
Pada suatu hari, burung pelatuk melihat seekor singa yang kesakitan karena sebatang tulang menyangkut di tenggorokannya. Burung pelatuk memerintahkan singa untuk membuka mulutnya lebar-lebar dan dengan sebatang kayu yang diletakkan berdiri tegak di antara rahangnya maka mulut singa dapat terbuka. Burung pelatuk akhirnya dapat mengeluarkan tulang dari tenggorokan singa dengan patuknya.
Suatu saat, burung pelatuk kelaparan dan kebetulan melihat singa yang dulu pernah ditolongnya sedang memakan daging rusa. Burung pelatuk memohon kepada singa agar diberi sedikit daging tetapi singa tidak memberinya dan bahkan mengusur burung pelatuk. Burung pelatuk pelatuk pergi meninggalkan singa tersebut dan tidak menaruh dendam padanya. Meskipun Dewa menyarankan agar burung pelatuk mematuk mata singa tersebut agar menjadi buta, tetapi burung pelatuk tidak mau melakukannya (Istiyarti, 2008).
Pendidikan budi pekerti yang dapat diambil dari kisah ini adalah bahwa hendaklah menolong orang lain dilakukan dengan iklas tanpa pamrih dan tanpa mengharapkan balasan dari yang ditolong. Hal ini perlu ditanamkan di hati sehingga di kemudian hari orang yang kita tolong tidak mau berganti menolong kita, maka tidak akan menimbulkan dendam di hati kita. Sikap budi pekerti yang baik ini dicerminkan dari sikap burung pelatuk yang telah iklas menolong singa. Dari kisah ini kita dapat memaknai lebih luas bahwa dalam kehidupan kita sehari-hari kita tidak boleh memililiki sifat sombong dan melupakan jasa orang lain yang telah berbuat pada kita, sehingga dalam kehidupan kita akan diterima baik di kalangan masyarakat kita, karena kita dianggap sebagai orang yang ramah dan tahu membalas budi.
Sikap tidak sombong dan tahu membalas budi kebaikan perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam persahabatan dan pertemanan baik dilingkungan kantor, sekolah dan masyarakat dilakukan dengan iklas tanpa mengharapkan pamrih sehingga persahabatan dan pertemanan akan teruis jalan dengan baik walaupuan kadang kala ada teman kita tidak mau berterima kasih atas pertologan kita. Perlu keiklasan dan kebesaran hati dalam mengsikapi semua persoalan yang kita hadapi.
Dalam lingkungan sekolah sikap menolong orang lain tanpa pamrih, tidak sombong dan tahu membalas budi perlu dikembangkan sejak anak baru masuk sekolah, Hal ini untuk menghindari pergaulan yang salah dalam lingkungan sekolah, misalnya muncul kelompok-kelompok (geng) pelajar yang bisa menimbulkan sikap arogan dan menyakiti terhadap kelompok lain yang lebih lemah. Selain itu, Jika sikap tahu membalas budi atas kebaikan sekolah dan guru dalam memberikan ilmu dan pendidikan kepada murid sudah tertanam di hati setiap pelajar, kemungkinan peristiwa pemukulan dan pengeroyokan terhadap guru oleh murid dan orang tuanya di Makasar pada bulan Agustus 2016 tidak akan terjadi.