Pemerintah Indonesia pernah berperan dalam pelestarian cagar budaya di tingkat internasional, yaitu melalui misi ITASA (The Indonesian Technical Assistance for Safeguarding Angkor) untuk melakukan pemugaran di kompleks Royal Palace Angkor Thom Kamboja. Program ini berjalan dengan sukses karena berhasil menyelesaikan pemugaran tiga gapura (1995-2000). Kesuksesan program ini karena menerapkan teknologi lokal yang digabungkan dengan pengalaman pemugaran di Indonesia, serta melibatkan masyarakat lokal sebagai bentuk transfer pengetahuan dan teknologi (Sedyawati, dkk, 2000). Keberhasilan ini perlu dimonitor dan dievaluasi sebagai pertimbangan untuk melaksanakan kembali proyek serupa untuk meningkatkan peran Indonesia di tingkat regional. Metode yang dilakukan dalam kegiatan monitoring dan evaluasi hasil pemugaran Gapura Royal Palace Angkor Thom Kamboja ini adalah survei lapangan untuk mendata kondisi kerusakan dan pelapukan pada bangunan yang telah dipugar dalam proyek ITASA. Untuk mengetahui persepsi dan apresiasi mengenai proyek yang pernah dilaksanakan, serta harapan tindak lanjut maka dilakukan survei responden dan kunjungan ke APSARA Autority. Selain itu juga dilakukan beberapa kunjungan ke beberapa proyek internasional yang sedang berjalan. Kesimpulan yang dapat diambil dari kajian ini adalah hasil pemugaran Indonesia melalui proyek ITASA yang telah berumur kurang lebih 15 tahun saat ini masih dalam kondisi yang baik. Beberapa permasalahan yang terjadi masih dalam batas yang wajar karena material candi yang memiliki kerentanan dalam kondisi lingkungan yang ada. Tingkat pengetahuan masyarakat kamboja dan staf APSARA terhadap proyek yang pernah dilaksanakan Indonesia cukup baik, sedangkan wisatawan asing sangat rendah. Sistem informasi yang ada perlu ditingkatkan untuk memberikan informasi kepada penunjung secara efektif. Secara umum masyarakat dan wisatawan memberikan apresiasi yang cukup baik terhadap hasil pemugaran oleh Indonesia. Dukungan terhadap bantuan internasional pada pemugaran situs-situs di Angkor termasuk oleh Indonesia cukup tinggi. Proyek pelestarian yang dilaksanakan oleh masyarakat internasional dari berbagai negara masih berlangsung secara intensif hingga saat ini. Pemerintah Kamboja dan APSARA Authority masih berharap adanya proyek dari masyarakat internasional.
Artikel selengkapnya silahkan unduh disini