You are currently viewing Evaluasi Berperspektif Orisinalitas Jenis Kayu Terhadap Pemugaran Cagar Budaya Bangunan Alang Pertama Sebagai Komponen Rumah Adat Tana Toraja Pada Situs Nanggala

Evaluasi Berperspektif Orisinalitas Jenis Kayu Terhadap Pemugaran Cagar Budaya Bangunan Alang Pertama Sebagai Komponen Rumah Adat Tana Toraja Pada Situs Nanggala

Alang dan Tongkonan  merupakan bangunan penyusun Rumah Adat Tana Toraja  berstatus  Bangunan Cagar Budaya Berbahan Kayu (BCBBK). Bersama keunikan budaya dan keindahanbentang alam, BCBBK menempatkan  Tana Toraja sebagai tujuan wisata dunia, dan diusulkan sebagai peninggalan dunia (world heritage). Undang-undang Cagar Budaya mengamanatkanpelestarian BCBBK dengan aktivitas: pemeliharaan, perawatan, konservasi dan pemugaran secaraarkeologis, yakni  mempertahankan keaslian: bahan, teknologi pengerjaan, bentuk-ukuran-desain, arsitektur, budaya dan situs. Alang pertama Situs Nenggala baru saja dipugar oleh  masyarakat pemiliknya. Penelitian bertujuan mengevaluasi penerapan  prinsip arkeologis pada pemugaran, dari perspektif konservasi jenis kayu.

Objek penelitian berupa Alang pertama  Situs Nenggala kawasan Tana Toraja. Metode penelitian meliputi: (1) pengamatan bangunan Alang hasil pemugaran, (2) pengambilan sampel  kayuarkeologis bekas komponen Alang dan sampel kayu baru penggantinya, (3) mengidentifikasi untuk menentukan jenis kayu arkeologis dan kayu baru, (4) mengkomparasikan jenis kayu baru terhadap jenis kayu arkeologis, (5) mengevaluasi penerapan prinsip arkeologis, khususnya orisinalitas jenis bahan.

Hasil penelitian menyimpulkan tiga hal. Pertama, seluruh komponen struktural dan non-struktural Alang telah diganti  kayu (bahan) baru. Kedua, identifikasi kayu  arkeologis dan kayu baru secara berurutan menghasilkan jenis kayu: (a) wanga (Pigafetta filifera Merr) dan  wanga bagi tiang, (b) cemara gunung (Casuarina Junghuhniana) dan cemara gunung bagi balok/belandar, (c) uru(Elmerrillia ovalis Dandy) dan tusam (Pinus merkusii Junghuh et de Vries) bagi papan lantai (d) uru dan  sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielson) bagi papan dinding, (e) bambu  dan seng gelombang bagi penutup atap. Ketiga, pemugaran  alang  pertama dilakukan tanpa ketaatan penerapan prinsip arkeologis, khususnya orisinalitas jenis bahan.

Artikel selengkapnya silahkan unduh disini