“Belajar Sejarah Harus Dengan Cara yang Lebih Kreatif”

0
4233

Depok, Jawa Barat – Tidak dapat dipungkiri, mata pelajaran Sejarah merupakan salah satu mata aja yang menjadi momok bagi para siswa. Metode belajar yang cenderung menghapal tersebut kerap membuat pelajar menjadi cepat bosan dan cenderung mengabaikan mata ajar rumpun sosial tersebut. Padahal, dengan mempelajari Sejarah di sekolah, siswa bukan hanya mempelajari tentang sejarah bangsa melalui tanggal, namun juga dapat memupuk rasa nasionalisme yang kuat.

Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid mengatakan tentang pentingnya mempelajari sejarah sejak dini. “Belajar sejarah bukan hanya dikhususkan untuk para pelajar, mahasiswa jurusan sejarah atau masyarakat yang suka sejarah saja, melainkan untuk seluruh masyarakat Indonesia. Karena belajar sejarah itu bukan hanya menciptakan pemahaman tentang sejarah saja, tapi juga untuk belajar dan meneladani nilai-nilai di balik peristiwa sejarah tersebut,” ujar Hilmar Farid.

Senada dengan hal tersebut, Direktur Sejarah, Triana Wulandari juga mengatakan tentang pentingnya mengajarkan mata ajar Sejarah dengan cara yang menyenangkan. “Sudah saatnya mata pelajaran Sejarah diajarkan kepada para pelajar dengan cara yang kreatif dan menyenangkan, seperti melalui media visual, teater, atau permainan-permainan tentang sejarah,” tukas Triana Wulandari.

Hal tersebut disampaikan dalam rangka pembukaan kegiatan Olimpiade Sejarah Nasional 2018 di Auditorium Gedung IX Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat (28/8). Sebanyak 288 pelajar SMA/SMK/MA akan berkompetisi dalam 5 cabang lomba, yaitu lomba cerdas cermat sejarah, debat sejarah, tutur sejarah, poster sejarah, dan komik sejarah.

 

Guru dituntut untuk lebih kreatif

Sejalan dengan pesan di atas, guru, khususnya guru sejarah dituntut untuk lebih kreatif dalam mengajarkan mata ajar ini. Perkembangan zaman yang sudah sedemikian moderen ini, mau tidak mau mempengaruhi pola pikir generasi millennial yang sudah sangat maju. Guru harus bisa mengimbangi pola pikir tersebut dengan cara memberikan pelajaran di sekolah dengan cara yang lebih kreatif dan menyenangkan. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh guru di SMAN 2 Bekasi, Jawa Barat.

Noldi, siswa SMAN 2 Bekasi mengatakan bahwa cara kreatif perlu dilakukan agar pelajar dapat merasakan nilai sejarah dari suatu peristiwa. “Belajar sejarah melalui buku itu penting, namun jika kemudian dikemas dengan cara reka ulang peristiwa sejarah akan lebih diterima oleh para siswa dan siswa juga dapat merasakan apa yang terjadi pada saat peristiwa sejarah itu terjadi,” ujarnya.

Beda halnya dengan Tengku, siswi SMAN 2 Bekasi. Menurutnya, guru harus turut berperan aktif dalam mengajak siswa untuk mau mempelajari sejarah. “Selain harus dengan cara yang kreatif, guru juga harus bisa mengajak siswa untuk mau mempelajari dan memahami sejarah,” tutup Tengku.