Beranda blog Halaman 226

sejarah museum perumusan naskah proklamasi (7)

0

Setelah mendapat persetujuan dari hadirin, Soekarno meminta agar Sayuti Melik mengetik Naskah Proklamasi. Sayuti Melik mengetik Naskah Proklamasi di ruang bawah tangga dekat dapur dengan ditemani oleh B.M. Diah.

Konsep naskah proklamasi diketik oleh Sayuti Melik dengan mengadakan perubahan tiga kata, yaitu kata “tempoh” menjadi “tempo”, kata “Wakil-Wakil Bangsa Indonesia” menjadi “Atas Nama Bangsa Indonesia”, begitu juga dengan penulisan hari, bulan dan tahun.

sejarah museum perumusan naskah proklamasi (6)

0

Konsep Naskah Proklamasi diutarakan kepada hadirin di serambi muka (ruang pengesahan/ penandatanganan naskah proklamasi). Soekarno mulai membacakan rumusan pernyataan kemerdekaan yang telah dibuat itu secara perlahan-lahan dan berulang-ulang. Setelah itu beliau bertanya kepada hadirin, setuju. Kemudian diulang lagi pertanyaan oleh Soekarno, Benar-benar semua saudara setuju? Jawabannya adalah sama yaitu, “setuju”.

Ketika sampai saat untuk menandatangani timbul pertentangan pendapat dan suara gaduh. Menurut Teukoe Moehammad Hassan, ada tiga usulan yang diajukan dalam menandatangani naskah proklamasi:
1. Menandatangani semua
2. Membagi kelompok yang hadir dan tiap kelompok satu orang menandatangani
3. Hanya ketua dan wakil ketua saja yang menandatangani

Akhirnya Sukarni maju ke muka dengan suara lantang mengatakan : Bukan kita disini harus menandatangani naskah, cukuplah dua orang saja yang menandatangani atas nama rakyat Indonesia, yaitu Soekarno dan Hatta. Usul tersebut diterima oleh hadirin dengan tepuk tangan dan berseri-seri.

Naskah Proklamasi ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta di atas sebuah piano yang terletak di bawah tangga atas nama Bangsa Indonesia.

Selesai Naskah Proklamasi ditandatangani, dibicarakan mengenai tempat pembacaan naskah proklamasi dan atas pertimbangan keamanan maka Soekarno mengumumkan, bahwa pembacaan naskah proklamasi diadakan di halaman depan rumah kediamannya Jl. Pegangsaan Timur No.56.

sejarah museum perumusan naskah proklamasi (5)

0

Ruang ini adalah ruang makan dan tempat mengadakan rapat. Dini hari menjelang pukul 03.00 WIB. Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebardjo memasuki ruangan ini dan mengitari meja bundar, sedangkan Soediro (mbah), dan B.M. Diah mengikuti dan duduk di ruang agak belakang.

Soekarno mulai mempersiapkan penanya dan menulis draft naskah Proklamasi, sedangkan Hatta dan Ahmad Soebardjo menyumbangkan pikirannya secara lisan. Rumusan teks proklamasi ini ditulis dalam kertas bergaris biru. Setelah teks diberi judul “Proklamasi” dialog pertama, yang dihasilkan dari kesepakatan bertiga tokoh nasional itu adalah. “Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia”. Kemudian kalimat kedua ditambah oleh Hatta berupa pernyataan mengenai pengalihan kekuasaan.

Dengan demikian teks proklamasi menjadi sebagai berikut:

Proklamasi
Kami Bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnya.
Djakarta, 17-8-05
Wakil-wakil Bangsa Indonesia

Akhirnya selesailah konsep Naskah Proklamasi tersebut, dengan beberapa coretan sebagai tanda pertukaran pendapat dalam merumuskannya.

sejarah museum perumusan naskah proklamasi (4)

0

Ruang ini merupakan tempat peristiwa bersejarah yang pertama dalam persiapan Perumusan Naskah Proklamasi. Ruangan tersebut adalah ruang tamu yang juga digunakan sebagai kantor oleh Maeda.

Sepulang dari Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945, pukul 22.00 WIB, Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta. dan Mr. Ahmad Soebardjo diterima oleh Maeda di ruang ini. Pertemuan ini dihadiri oleh Nishijima (Asisten Maeda) dan Mijoshi (seorang diplomat karir kementerian Jepang).

Setelah saling memberi hormat. Soekarno mengucapkan terima kasih atas kesediaan Maeda meminjamkan rumah kediamannya untuk rapat mempersiapkan Proklamasi. Maeda menjawab : “Itu sudah kewajiban saya yang mencintai Indonesia Merdeka”. Disamping itu Maeda memberitahukan pesan dari Gunseikan bahwa rombongan yang pulang dari Rengasdengklok segera menemuinya.

Setelah pembicaraan antara Tokoh Nasional dengan Maeda selesai, rombongan yang terdiri dari Soekarno, Hatta, Ahmad Soebardjo, Mijoshi dan Maeda berangkat menemui Gunseikan. Akan tetapi, rombongan hanya bertemu dengan Jenderal Nishimura. Pertemuan dengan Nishimura menimbulkan reaksi dari Soekarno dan Hatta berupa protes, bahwa pihak Jepang tidak menepati janji. Akhirnya rombongan kembali menuju kediaman Maeda.

Soekarno, Hatta, Ahmad Soebardjo dan Mijoshi segera memasuki ruangan dan disambut Maeda. Ketika pembicaraan berlangsung, pemimpin bangsa telah menyatakan bahwa Indonesia menolak dijadikan sebagai barang inventaris yang harus diserahkan Jepang kepada Sekutu. Oleh karena itu mereka menyatakan untuk merdeka sekarang juga serta menunjukkan bangsa lain, sebagai bangsa yang berhak menentukan nasibnya memproklamasikan kemerdekaan.

sejarah museum perumusan naskah proklamasi (3)

0

Perumusan Naskah Proklamasi dilaksanakan ketika Soekarno – Hatta kembali ke Jakarta setelah diamankan oleh para pemuda di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat. Peristiwa ini terjadi karena ada perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda dalam pelaksanaan Proklamasi. Golongan tua yang diwakili oleh Soekarno-Hatta, dan Ahmad Soebardjo dalam merencanakan memproklamasikan kemerdekaan memerlukan adanya rapat PPKI, sedangkan golongan muda yang diwakili Sukarni, Chaerul Saleh dan Sayuti Melik menghendaki untuk membebaskan diri dari PPKI, yang dianggap bentukan Jepang. Perbedaan inilah yang menyebabkan para pemuda mengamankan Soekarno – Hatta di Rengasdengklok.

Akan tetapi, atas jaminan Ahmad Soebardjo bahwa Proklamasi akan dilaksanakan keesokan harinya, para pemuda akhirnya mengijinkan Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta.

Setelah kembali ke Jakarta, kedua pemimpin itu singgah di rumah masing-masing sebentar, kemudian keduanya dengan ditemani Ahmad Soebardjo menemui Laksamana Tadashi Maeda untuk meminjam rumahnya sebagai tempat Perumusan Naskah Proklamasi.

Perumusan Naskah Proklamasi akhirnya dilaksanakan di rumah Laksamana Tadashi Maeda Jalan Meiji Dori (sekarang Imam Bonjol No. 1).

Selain terjadi Peristiwa Perumusan Naskah Proklamasi, gedung ini pada awal perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dipakai sebagai tempat perundingan antara pihak Indonesia dengan Belanda.

Pada tanggal 17 November 1945 saat menjadi Markas Tentara Inggris, gedung ini digunakan sebagai tempat pertemuan antara Indonesia – Belanda. Pihak Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir dan pihak Belanda oleh Dr. H.J. Van Mook, sedangkan di pihak Sekutu diwakili oleh Letjen Christison sebagai pemrakarsa. Pertemuan itu disamping untuk mempertemukan pihak lndonesia dengan Belanda juga untuk menjelaskan kedatangan tentara sekutu. Akan tetapi pertemuan itu berakhir tanpa hasil apapun.

Pada tanggal 7 Oktober 1946, atas jasa baik Inggris diadakan lagi perundingan antara pihak Indonesia dengan Belanda. Pihak Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir dan pihak Belanda oleh Prof. Schermerhorn, sedangkan dari pihak Inggris diwakili oleh Lord Killearn sebagai penengah. Pertemuan ini menghasilkan persetujuan gencatan senjata yang ditandatangani 14 Oktober 1946.

Oleh karena, peristiwa sejarah yang amat penting terjadi di gedung ini adalah peristiwa Perumusan Naskah Proklamasi, yang merupakan awal berdirinya negara kesatuan Republik Indonesia, maka gedung ini dinamakan Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Istana Mini

0
Istana Mini merupakan bentuk mini dari Istana Negara yang terdapat di Banda Naira Propinsi Maluku
Tampak Depan Istana Mini

Istana Mini atau Rumah Gubernur merupakan bangunan cagar budaya peninggalan Belanda yang terdapat di Banda Naira. Dinamai Istana Mini karena bentuknya yang menyerupai istana negara di Jakarta, tapi dalam bentuk yang lebih kecil. Berdasarkan catatan sejarah,  bangunan ini sebelumnya berada di dalam Benteng Nassau, tetapi kemudian dibangun ulang di luar benteng  karena sudah tidak aman dihuni akibat gempa. Sebagai bangunan cagar budaya, Istana Mini sudah selayaknya dipelihara dan dilestarikan guna melindunginya dari kerusakan akibat faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor eksternal misalnya manusia, binatang, serangga, iklim, cuaca, dan kelembaban. Faktor internal misalnya kekuatan dan mutu bahan, konstruksi, dan usia bahan. Selain itu ada juga faktor flora yang juga mempengaruhi kelestarian bangunan seperti tumbuhan tingkat tinggi, lumut, alge, dan jamur. Faktor-faktor penyebab kerusakan tersebut dapat dihindari dengan melakukan tindakan perlidungan, penyelamatan, pengamanan, pemeliharaan dan atau pemugaran agar kelestarian bangunan cagar budaya dapat dipertahankan guna pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.

sejarah museum perumusan naskah proklamasi (2)

0

Gedung ini didirikan sekitar tahun 1920-an dengan arsitektur Eropa. Dengan luas tanah 3.914 M2 sedangkan luas bangunannya 1.138,10 M2.

Gedung ini telah dihuni oleh beberapa penghuni yang berbeda. Pada tahun 1931, pemiliknya atas nama PT. Asuransi Jiwasraya. Ketika pecah perang Pasifik, gedung ini dipakai British Consul General sampai Jepang menduduki Indonesia.

Pada masa Pendudukan Jepang, gedung ini menjadi tempat kediaman Laksamana Tadashi Maeda Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dengan Angkatan Darat Jepang, sampai Sekutu mendarat di Indonesia September 1945. Setelah kekalahan Jepang, gedung ini menjadi Markas tentara Inggris.

Pemindahan status kepemilikan gedung ini terjadi dalam aksi nasionalisasi terhadap milik bangsa asing di Indonesia. Gedung ini diserahkan kepada Departemen Keuangan dan pengelolaannya oleh Perusahaan Asuransi Jiwasraya. Pada tahun 1961, gedung ini dikontrak oleh Kedutaan Besar Inggris sampai dengan 1981 dan pada tahun 1982 gedung ini sempat digunakan oleh Perpustakaan Nasional sebagai perkantoran.

Pada tahun 1984, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Nugroho Notosusanto menginstruksikan kepada Direktorat Permuseuman agar merealisasikan gedung bersejarah ini menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Akhirnya berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0476/0/1992 tanggal 24 November 1992, gedung yang terletak di Jalan Imam Bonjol No.1 ditetapkan sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi, sebagai Unit Pelaksana Teknis di bidang kebudayaan berada di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Pameran Tokoh R Oto Iskandar Di Nata

0

 

Dalam rangka ulang tahun RI yang ke 68, dan untuk mengenang jasa pahlawan serta mengenal lebih dekat tokoh perumus naskah proklamasi, Museum Perumusan Naskah Proklamasi menyelenggarakan pameran tokoh R. Oto Iskandar di Nata. Seorang tokoh kharismatik yang berasal dari tanah pasundan dan namanya sering digunakan untuk nama jalan protokol di hampir seluruh Kota-Kota besar ini memiliki perjalanan hidup yang begitu luar biasa dan patut dijadikan suri tauladan untuk generasi muda saat ini. Keberaniannya dalam menyampaikan pidato yang mengkritik, menentang hingga mengecam penjajah jika terdapat peraturan yang merugikan rakyat, merupakan salah satu khasnya hingga Ia mendapat julukan Si Jalak Harupat (si Ayam Jago yang pandai berkelahi di medan laga) dan Si Bima dengan karakter yang sangat kuat dari para teman seperjuangannya. Bagaimanakah masa kecil Oto ? apa yang diajarkan Orang tuanya hingga ia memiliki jiwa nasionalis yang tinggi? bagaimana Oto yang memiliki latar belakang pendidikan seorang guru tertarik dalam dunia politik? ternyata Oto adalah pencipta pekik merdeka, benarkah?  apa yang terjadi hingga ia harus dibunuh ditangan rakyatnya sendiri ? apa yang dilakukan Oto semasa hidupnya hingga nama nya sering dijadikan nama jalan hingga terpilih menjadi nama stadion besar di Bandung?

Kunjungi dan saksikan pameran Tokoh Oto Iskandar di Nata di Aula Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang akan dibuka pada tanggal 18 September 2013 hingga 18 Oktober 2013. Pameran ini gratis dan dibuka untuk Umum setiap hari selasa s.d Minggu, pukul 09.00 s.d 15.00 WIB.

PADANG BAGALANGGANG MINANGKABAU PERFORMING arts INTERNATIONAL FESTIVAL

0
Dasar Pemikiran
Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Padang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis dibidang kebudayaan yang berada di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan wilayah kerja Propinsi Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan. BPNB Padang dengan visi terwujudnya nilai-nilai sejarah dan budaya yang lestari serta berkembang menuju masyarakat yang beradab senantiasa melakukan kegiatan penelitian dan non penelitian setiap tahunnya. Kegiatan penelitian dilakukan terhadap kajian prinsip-prinsip kerabat matrilinial pada wilayah kerja tersebut. Disamping itu juga melakukan kegiatan non penelitian, salah satunya adalah Festival Seni Pertunjukan Internasional.
Hal ini berfondasikan kepada hal bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya dan sumber daya manusia yang kreatif dan terampil. Kekayaan tersebut antara lain tercermin dari wujud aneka ragam tradisi,
seni dan film, produk kerajinan, serta karya-karya budaya lainnya yang berakar dari nilai-nilai budaya yang tersebar luas di seluruh wilayah Indonesia. Kesadaran dan pemahaman kita semua atas potensi dan kekayaan budaya bangsa sebagai salah-satu pilar utama kekuatan kompetitif bangsa ke depan. Dengan potensi budaya yang sangat beraneka ragam itulah, peluang Indonesia untuk berperan secara maksimal dalam pentas internasional terbuka lebar. Usaha kearah itu perlu dilakukan, salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan Festival Seni Pertunjukan Internasional Tahun 2013 di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat, Padang Bagalanggang : MinangkabauPerforming Arts International Festival
Kegiatan ini merupakan suatu bentuk untuk menguatkan serta dapat membentuk suatu forum yang berskala internasional yang dapat merefleksikan dan mendorong perkembangan seni pertunjukan Indonesia sebagai bagian dari pertumbuhan seni pertunjukan dunia.

Jejak Tradisi Budaya Regional

0

Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta akan menyelenggarakan Kegiatan Jejak Tradisi Budaya Regional Tahun 2013 pada tanggal 25 – 28 Juni 2013. Kegiatan Jejak Tradisi Budaya Regional ini mengambil tema Implementasi Pendidikan Budaya Melalui Tokoh Perajin. Kegiatan ini akan mengunjungi sentra-sentra kerajinan di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu: Kerajinan Blangkon di Bugisan Wb III/587 Yogyakarta, Kerajinan Wayang Kulit/Tatah Sungging Pucung, Karangasem, Wukirsari, Bantul, dan Kerajinan Keris di Banyusumurup Girirejo Imogiri. Provinsi Jawa Tengah akan mengunjungi: Museum Batik Danar Hadi Jalan Slamet Riyadi Nomor 261 Surakarta, Kerajinan Gamelan Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, dan Sanggar Wayang Haryanto Jalan Raya Solo-Sukoharjo Km. 8 Telukan Grogol Sukoharjo.