Beranda blog Halaman 225

Rumah Jawa, Rumah Tropis Ideal Yang Ditiru Orang Asing

0

Sederhana dan bersahaja adalah kata-kata pertama untuk memberi kesan rumah tradisional Jawa yang tersebar di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Namun dibalik kesederhanaannya ternyata telah menginspirasi bangsa lain dalam membangun sebuah bangunan.

IMG_0933_resize_resize

Rumah adat Jawa tidak mempunyai kamar demi sebuah tradisi yang sering mengadakan upacara adat yang mengikutsertakan banyak orang. Hal ini juga menjadikan rumah ini memiliki  ruang terbuka yang disebut pendopo. Bukan hanya bisa menampung banyak orang, ruang terbuka ternyata juga memberi kontribusi dalam aspek kenyamanan yaitu dalam hal mengatasi suhu panas ciri khas negara tropis. Bentuk atap pendopo yang lebar dan didukung oleh keberadaan ruang transisi (teras) serta halaman yang ditumbuhi pepohonan menjadikan suhu yang sangat sejuk.

Arsitektur Rumah Tradisional Jawa diam-diam diacu oleh arsitek Belanda pada masa kolonial.  Bangsa Belanda yang tinggal pada masa kolonial ingin selalu ingat dan dekat dengan kampung halaman mereka. Mereka men-design kota, perkantoran dan rumah tinggal dengan gaya arsitektur belanda di daerah jajahannya. Namun bangunan dengan gaya arsitektur Belanda yang beriklim dingin ala eropa  kurang sesuai diterapkan di iklim tropis Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut arsitek Belanda harus merekayasa rancanangannya. Rekayasa ini diwujudkan dengan adanya teras terbuka, ukuran jendela dan pintu yang besar yang merupakan ciri kas rumah-rumah Tradisional Jawa. Bangunan Lawang Sewu dapat menunjukan secara jelas keberadaan teras ciri khas rumah tradisonal Jawa.

DSC_1547_resize

Rumah tradisional Jawa tidak hanya telah menginsipirasi arsitek Belanda untuk menjadikan bangunan lebih terbuka sehingga tetap sejuk di iklim tropis namun ketidakberadaan kamar juga telah membentuk karakter orang Jawa yang berjiwa sosial.

Penyusunan Draf Penilaian Kriteria Cagar budaya

0

penilaian

Jakarta, Pada tanggal 1-3 Juli 2013 Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman mengadakan kegiatan penyusunan draf Penilaian Kriteria Cagar Budaya di Hotel Falatehan Jakarta.  Kegiatan ini dibuka oleh Kasubdit Pengembangan dan pengawasan mewakili Direktur PCBM, diikuti oleh seluruh kasubdit di lingkungan Direktorat PCBM dan perwakilan UPT yang terdiri dari 14 Balai Pelestarian Cagar Budaya dan 4 UPT Museum seluruh Indonesia. Narasumber yang dihadirkan pada kegiatan ini adalah Junus Satrio Atmojo (arkeolog/tim ahli cagar budaya), Osriful Osman (arsitek), dan Peter Carey (sejarawan).

Hasil rumusan penyusunan draf pedoman ini akan dibahas lebih lanjut pada penyusunan draf  pedoman tahap II dan akan dilanjutkan dengan uji petik yang melibatkan beberapa pihak yang berpengalaman di bidang penilaian cagar budaya. Setelah tahap uji petik, dilanjutkan dengan finalisasi pedoman Penilaian Kriteria Cagar Budaya sehingga menjadi suatu pedoman yang dapat menjadi acuan semua pihak yang akan melaksanakan penilaian kriteria cagar budaya. Seluruh tahapan penyusunan pedomana akan dilaksanakan di Jakarta pada bulan September sampai Desember 2013.

International Art Festival ANIMA MUNDI, Lithuania 2013

0

SAM_4646

Perhelatan International Art Festival ANIMA MUNDI 2013 di selenggarakan pada tanggal 16-25 Juni 2013, bertempat di gedung Pakruojis Manor Palace, Pakruojis, Lithuania.

Festival ini dihadiri oleh seniman-seniman dari negara di Eropa antara lain dari Spanyol, Denmark, Perancis dan Georgia. Sedangkan wakil dari Asia adalah dari Iran dan Indonesia. Pada perhelatan ini juga diundang seniman dari beberapa Negara di wilayah Afrika akan tetapi mereka batal hadir karena masalah intern. Seniman dari Indonesia yang diundang pada International Art Festival ANIMA MUNDI 2013 adalah Debronzes, Rudy Murdock, dan Pidi Baiq, serta diundang secara khusus peserta sekaligus delegasi dari Galeri Nasional Indonesia yaitu Zamrud Setya Negara dan Tunggul Setiawan. Festival ini merupakan salah satu bentuk Program kegiatan Galeri Nasional Indonesia dalam rangka dukungan terhadap kegiatan seni rupa bertaraf internasional yang melibatkan perupa-perupa Indonesia yang diundang dalam event tersebut.

Festival ini diresmikan dan dihadiri oleh Mrs. Asta Jasiuniene (Walikota Pakruojis), Kepala Deputi Departemen Kebudayaan Pakruojis Mrs. Birute Vanagiene dengan sebelumnya diadakan konferensi dan ramah tamah dengan pejabat setempat. Ceremonial opening dilaksanakan pukul 18.00 waktu setempat yang dihadiri pula oleh jajaran pejabat Pakruojis dan sekitar 150 orang undangan dengan disajikan pula performance konser koor DAGILELIS dengan konduktor Remigijus Adomaitis. Pada perhelatan ini Indonesia meraih penghargaan sebagai pemenang ke-2 melalui karya-karya Debronzes.

SAM_4585
IMG_4632

Rangkaian dan aktivitas dalam perhelatan ini adalah kegiatan-kegiatan yang memberikan motivasi dan melibatkan masyarakat Pakruojis dan sekitarnya. Seperti pendampingan pada workshop melukis, sketsa bersama, performance art, serta kegiatan lain yang memunculkan motivasi dan gairah untuk berkreativitas bagi masyarakat di sana. Aktivitas tersebut dilakukan selama festival berlangsung. Peserta dari Indonesia menjadi peserta yang special pada acara ini. Peserta Indonesia mendapatkan penghargaan dari warga sebagai tamu kehormatan. Hal tersebut dinyatakan dalam sambutan dari perwakilan warga setempat di acara presentasi peserta undangan dan partisipan acara tersebut.

 

Sejarah Jalur Trem Yogyakarta – Brosot (1895 – 1976)

0

2

Salah satu sarana transportasi yang menunjang perekonomian Jawa adalah kereta api. Kereta api menjadi salah satu moda transportasi yang mampu menghubungkan sejumlah daerah. Jalur pertama Semarang – Kedungjati diresmikan pada tahun 1871, selanjutnya jalur Batavia – Buitenzorg dibuka pada 1873 dan jalur Surabaya – Batavia pada tahun 1878 ( Lombard, 2000 : 139 – 140). Pembukaan jalur kereta api ini menandai kian berkembangnya perekonomian di Pulau Jawa.

Pengembangan moda transportasi kereta api pada awalnya dihubungkan dengan sejumlah daerah yang memiliki potensi. Salah satunya adalah Yogyakarta. Pembangunan rel kereta api di Yogyakarta berkaitan dengan potensi sumber daya alam di Yogyakarta, yaitu perkebunan. Potensi yang dimiliki ini tentunya berhubungan dengan lapisan tanah di daerah ini. Sularto (1976 : 24) menyebutkan jika jenis tanah yang ada di Yogyakarta terdiri dari 5 jenis, yaitu Regosol, Latertic, Limestone, Gromosol dan Alluvial.

1Tanah yang memiliki kualitas baik untuk ditanami adalah tanah Regosol, yaitu tipe Grey, Young Sandyloan (Y A 3) dan Grey, Young Clay loan (Y A 4). Sularto (1976 : 25) menegaskan bahwa tanah type Grey, Young Sandyloan (Y A 3) sangat baik untuk tebu dan padi, serta paling cocok untuk tembakau. Tanah ini terdapat di dataran Merapi di Sleman dan Bantul.

Sementara tanah Grey, Young Clay loan (Y A 4) memiliki sedikit perbedaan dalam tanaman. Tanah ini dapat digolongkan sebagai tanah – tanah yang produktivitasnya sangat tinggi dan cocok sekali untuk tebu dan padi. Tanah ini terdapat di daerah pantai di Bantul (Sularto, 1976 : 25).

Potensi ini pula yang membuat pihak NISM memutuskan untuk mengajukan konsesi guna membangun jalur rel kereta api yang menghubungkan Semarang, Surakarta dan Yogyakarta. Daerah ini adalah daerah yang kaya akan komoditas ekspor. Mereka berani mengajukan permohonan konsesi itu atas dasar pertimbangan bahwa wilayah yang akan dilalui oleh jalan rel itu, yaitu daerah – daerah Semarang Selatan, Surakarta dan Yogyakarta merupakan daerah penghasil barang ekspor yang kaya seperti kayu, tembakau dan gula. Barang – barang ekspor itu perlu diangkut ke pelabuhan Semarang (Tim Telaga Bakti Nusantara, 1997 : 53).

Potensi agraris ini pula yang mendorong berdirinya sejumlah pabrik gula di kawasan Bantul. Tercatat ada 4 pabrik gula di Bantul. Kusumaningsih (2006 : 59) menyatakan bahwa pabrik – pabrik gula di Kabupaten Bantul berada di Bantul, Gesikan, Pundung dan Gondang Lipuro.

Keberadaan pabrik gula tersebut mampu menarik sejumlah pihak pengusaha swasta untuk mengajukan konsesi pembangunan jalur trem. NIS mengadakan perluasan jalur yang menghubungkan Yogyakarta dengan Brosot (Tim Telaga Bakti Nusantara, 1997: 71). Jalur ini dimulai dari Stasiun Tugu dan berakhir di Kabupaten Adikarto (Brosot). Kusumaningsih (2006 : 59) menyebutkan “Jalur KA Yogyakarta – Brosot merupakan jalur trem NISM dari jalur utama Semarang – Vorstelanden. Lebar rel yang digunakan berukuran 1.435 mm. Pembangunan jalur itu berdasarkan Gouvernement Besluit No.9 tahun 1893 tanggal 20 April 1893 untuk pengajuan konsesi selama 50 tahun”.

4Pembangunan jalur ini berlangsung secara bertahap. Tahap pertama jalur yang dibangun adalah jalur Jogja – Srandakan dan jalur kedua Srandakan – Brosot. Tahap ini diungkapkan dalam Kusumaningsih ( 2006 : 59) “Pembangunan jalur trem Yogya – Brosot, terbagi menjadi 2 bagian pembangunan, bagian pertama dibangun dari Yogyakarta (Tugu) ke Srandakan sepanjang 23 km, mulai beroperasi  pada tahun 1895. Bagian ke 2 dari Srandakan ke Brosot sepanjang 2 km, mulai beroperasi pada tahun 1915”. Tahapan pembangunan tersebut dimuat juga dalam peta tahapan pembangunan rel di Jawa yang terdapat pada lampiran buku Sejarah Perkeretapian Indonesia Jilid 1. Peta pertama tahun 1899 memuat jalur Jogja – Srandakan. Pada peta tahun 1925 memuat jalur Jogja – Sewugalur.

Jalur yang cukup panjang ini tentunya membutuhkan sejumlah stasiun. Maka didirikanlah sejumlah stasiun kecil untuk memperpendek jalur pengangkutan. Kusumaningsih (2006 : 70) menyebutkan bahwa sepanjang jalur trem Yogyakarta – Brosot dibangun beberapa stasiun kecil untuk memperpendek jalur pengangkutan kereta api. Stasiun – stasiun tersebut adalah stasiun Ngabean, Dongkelan, Winongo, Cepit, Bantul dan Paalbapang.

Tentang pendirian stasiun – stasiun tersebut, belum ditemukan sumber – sumber yang menuliskan tentang rincian dari tahun pendirian. Pembangunan stasiun ini juga diikuti dengan mendirikan sejumlah rumah dinas yang ditempati para pengelola stasiun.

Rumah Dinas yang berada di Stasiun Ngabean berjumlah 4 buah. Dua rumah dinas untuk pengelola stasiun. Sementara dua rumah yang lain adalah kepentingan pabrik gula Madukismo. Pendirian keempat rumah dinas ini tidak diketahui secara pasti, karena terbatasnya sumber tertulis yang ada.

Sementara rumah dinas di Stasiun Winongo ada 3 buah. Dua rumah dinas kemungkinan dibangun pada tahun 1956. Hal ini dibuktikan dengan adanya prasasti yang terpahat pada lubang hawa, di septitank salah satu rumah tersebut. Sedangkan satu rumah dinas yang lain tidak diketahui pasti karena bangunannya telah berubah. Tahun pendirian dari kedua rumah itu memiliki keterkaitan dengan pabrik gula Madukismo (sekarang PT. Madubaru). Pabrik Gula Madukismo berdiri pada tahun 1955 (www.madubaru.com). Fungsi dari rumah dinas ini adalah sebagai tempat tinggal petugas perkebunan, untuk memantau pengangkutan bahan produksi.

Pada masa penguasaan Jepang terdapat sejumlah penghapusan lintasan lama. Kebijakan ini diberlakukan pada sejumlah jalur di Pulau Jawa. Jalur NISM yang dihapus, ditandai dengan pembongkaran rel KA jalur Palbapang – Sewugalur sepanjang 15 km. Jalur ini dibongkar pada 1943 (Tim Telaga Bakti, 1997 : 145).

Pada tahun 1945 (setelah Indonesia merdeka) pengelolaan KA terbagi menjadi 2, di daerah yang dikuasai dikelola DKA (Djawatan Kereta Api) sementara di daerah yang dikuasai Belanda dikelola oleh VS (Verenogde Spoorwegbedrijf) / SS (Staats Spoorwegen).  Setelah pengakuan kedaulatan (27 Desember 1949), terdapat sejumlah perubahan dalam pengelolaan Kereta Api.  Sejak 1 Januari 1950, secara de facto semua aset VS telah diambil alih oleh DKA, namun de yure belum menjadi kekayaan Negara aset DKA. Hal ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 dan 41 tahun 1959, yang menyatakan aset dari 12 perusahaan kereta api swasta Belanda yang tergabung dalam VS diserahkan pengelolaannya kepada DKA.

Di era setelah proklamasi, sarana transportasi Kereta Api terus mengalami perkembangan. Namun, dalam pelaksanaannya, terdapat sejumlah kendala. Pada tahun 1970 – an kendala – kendala tersebut mencapai klimaksnya. Kendala – kendala tersebut di antaranya adalah masalah penumpang gelap, kerusakan lokomotif maupun relnya. PT. Kereta Api memutuskan menutup sejumlah jalur kecil yang secara ekonomi tidak memberikan keuntungan. Penutupan jalur ini juga ditegaskan sejumlah narasumber di lapangan, mereka menyebutkan jika jalur Yogya – Brosot mulai tidak beroperasi sekitar tahun 1976 – 1977. Uraian tentang tidak beroperasinya sejumlah jalur tersebut terdapat dalam kutipan berikut :

Also in the 1970s, ex-tramway lines began to be abandones, as they were no longer economically viable: not enough paying passengers (trains were always loaded to capacity and more, though). The victims included the whole Aceh and Madura systems and most branch lines in Java. Presently, the Purwosari – Wonogiri line (ex-NIS) is the only proper tramway (it runs through the city center alongside the main street) still in operation. All other tramway lines have been removed. As the lines were removed, the steam locomotives serving on those lines were also retired, a process completed by the mid – 1980s. Or perhaps, it was the run-down of the rolling stock which resulted in the abandonment of the railway lines” (keretaapi.tripod.com).

AMBON MANISE LAKON KEBUDAYAAN ORANG MALUKU

0

Pada prinsipnya kalau orang membicarakan Ambon, tentu tidak terlepas juga orang merepresentasi manusia Maluku dengan sebutan Ambon, bukan menunjuk hanya pada batasan aspek ruang sosial,  artinya yang di kenal Ambon adalah hanya orang Maluku yang berdomisili di Pulau Ambon, tetapi sebutan ini sangat populer untuk menyatukan semua orang Maluku. Sehingga kalau teori ini kemudian kita bangun maka tentu anggapan masyarakat umum [masyarakat Indonesia] telah memetakan orang Ambon dalam penilaian ciri fisik tertentu yang di kenal Nyong Ambon dan Nona Ambon yang Hitam Manis… kata hitam manis sangat sering kita dengar dan bagi sebagaian orang kalau yang hitam manis biasanya tidak pernah membosankan sejauh mata memandang. Ini ciri yang memang menggambarkan unsur genetik yang melekat bagi orang Maluku yang lebih cenderung di pandang secara fisikal pada tampilan Nyong Ambon dan Nona Ambon . Ada istilah Laipose, Ambon ManiseBalagu, ondos dan sebagainya adalah model penyampaian secara verbal bagi keseharian masyarakat ambon yang dinilai tetap mengangap budaya sebagai pegangan penting bagi keberlanjutan masyarakat Maluku pada umumnya. Sehingga boleh jadi kalo kita kemudian bisa berbicara secara gamblang bahwa ketertarikan Nyong Ambon dan Nona Ambon yang Hitam Manis bukan saja telah banyak memikat akan tetapi juga karena kecantikan panorama alam dan kekayaanya juga telah membuat semua mata tertuju,untuk mengukir sejarah yang boleh jadi kita katakan dunia mengenal Indoensia karena Maluku.

PELATIHAN KOMPUTER DESAIN TATA PAMERAN

0

pelatihankomputerDalam rangka meningkatkan kemampuan pegawai Museum Nasional dalam mendesain tata pameran pada tanggal 2-5 Juli 2013 Museum Nasional mengadakan pelatihan komputer Desain Tata Pameran tingkat Dasar. Pelatihan ini selain diikuti oleh pegawai di lingkungan Museum Nasional juga diikuti oleh beberapa pegawai dari museum  Naskah Proklamasi dan Museum Basoeki Abdullah.

Materi yang diangkat dalam pameran ini adalah pengenalan dasar-dasar desain, Adobe Photoshop, Adobe Illustrator, Adobe Indesaign, serta 3D Max. Meskipun pelatihan ini masih dalam tingkat dasar, namu sangat terlihat antusiasme dari para peserta pelatihan. Pelatihan ini akan dilanjutkan pada tingkat lanjutan yang rencana akan diadakan pada tahun 2014.

Talk Show Radio

0

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menyelenggarakan talk show radio pada tanggal 25 Juli 2013 dalam rangka promosi kegiatan Kemah Budaya. Narasumber terdiri dari Kwarda DIY, Kepala BPCB DIY, serta Kepala Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Kegiatan Kemah Budaya ini diselenggarakan dengan tujuan agar peserta kemah dapat memahami nilai-nilai budaya Indonesia sehingga memiliki rasa nasionalisme. Lokasi Kemah Budaya bertempat di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dengan harapan agar peserta Kemah dapat mengetahui secara langsung bangunan cagar budaya yang dilestarikan. mbvy foto kecil

Workshop Pemetaan Sejarah dan Nilai Budaya

0
Suasana di kelas ketika workshop

Bogor, Juni 2013. Dalam rangka meningkatkan kemampuan di bidang pemetaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya melalui Subdit Pemetaan dan Klasifikasi Nilai melaksanakan kegiatan Workshop Pemetaan Sejarah dan Nilai Budaya pada tanggal 10 – 15 Juni 2013 bertempat di Hotel Royal Safari Garden, Cisarua-Bogor. Workshop Pemetaan Sejarah dan Nilai Budaya bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM Kebudayaan  dalam melakukan pemetaan Sejarah dan Nilai Budaya.

Workshop diikuti oleh 30 peserta yang berasal dari Direktorat dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selain unit teknis di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, peserta juga berasal dari instansi-instansi daerah yang berkaitan dengan kebudayaan.

Selama workshop, peserta diberikan materi di kelas dan praktek lapangan. Tim pengajar dalam workshop berasal dari  Departemen Geografi Universitas Indonesia. Selain itu peserta juga dibekali materi pengantar dari beberapa narasumber seperti Dr. Semiarto Aji (Universitas Indonesia), Junus Satrio, M.Hum (Ikatan Arkeolog Indoensia), dan Dr. Triarko Nurlambang (Universitas Indonesia). FTI

praktek lapangan
Peserta sedang melakukan praktek lapangan

Kemah Budaya Regional

0

Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Yogyakarta bekerjasama dengan Museum Benteng Vredeburg  Yogyakarta, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta dan Kwartir Daerah XII Gerakan Pramuka Yogyakarta mengadakan kegiatan Kemah Budaya Daerah Tahun 2013. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 1-5 Juli 2013 bertempat di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. adapun tema yang diangkat pada Kemah Budaya Daerah tahun ini ialah Dengan Semangat Kepemudaan Kita Bangun Pendidikan yang Berkarakter guna Memperkokoh Jati Diri Bangsa. Kegiatan ini diikuti oleh 210 Pramuka Penggalang dan Penegak  yang berasal dari 5 (lima) Kwartir Cabang yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Kwarcab Kota Yoyakarta, Kwarcab Bantul, Kwarcab Kulon Progo, Kwarcab Gunung Kidul dan Kwarcab Sleman. Dalam Kemah Budaya ini dilaksanakan pula 15 (limabelas) macam Giat Prestasi, Dialog, Talkshow, Kunjungan Museum, Kunjungan Sanggar Seni dan Kerajinan serta Kunjungan Situs.

sejarah museum perumusan naskah proklamasi (8)

0

Sebelum pembacaan Teks Proklamasi, Ir. Soekarno menyampaikan pidato singkatnya.

PIDATO PROKLAMASI
Saudara-saudara sekalian!

Saja telah minta saudara-saudara hadlir disini untuk menjaksikan satu peristiwa maha penting dalam sedjarah kita.

Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berdjoang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah bertus-ratus tahun!

Gelombangnja aksi kita untuk mentjapai kemerdekaan kita itu ada naiknja dan turunnja, tetapi djiwa kita tetap menudju kearah tjita-tjita.

Djuga didalam djaman Djepang, usaha kita untuk mentjapai kemerdekaan nasional tidak berhenti-henti. Didalam djaman Djepang ini, tampaknja sadja kita menjandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnja, tetap kita menjusun tenaga kita sendiri, tetap kita pertjaja kepada kekuatan sendiri.

Sekarang tibalah saatnja kita benar-benar mengambil nasib-bangsa dan nasib-tanah-air didalam tangan kita sendiri. Hanja bangsa jang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnja.

Maka kami, tadi malam telah mengadakan musjawarat dengan pemuka-pemuka rakjat indonesia, dari seluruh Indonesia. Permusjawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnja untuk menjatakan kemerdekaan kita.

Saudara-saudara! Dengan ini kami njatakan kebulatan tekad itu.
Dengarkanlah Proklamasi kami :

Proklamasi

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan
Kemerdekaan Indonesia
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnya.

Djakarta, 17 Agustus 1945
Atas nama Bangsa Indonesia
Soekarno – Hatta

Demianlah saudara-saudara !
Kita Sekarang telah merdeka!
Tidak ada satu ikatan lagi jang mengikat tanah-air kita dan bangsa kita!
Mulai saat ini kita menjusun Negara kita ! Negara Merdeka,
Negara Republik Indonesia, merdeka kekal dan abadi.
Insja Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu.