Rembuk Nasional (Rembuknas) 2016 telah dimulai. Pagi tadi, Mendikbud Anies Baswedan membuka Sidang Pleno di Gedung Garuda, Pusbangtendik, Sawangan, Depok, Senin (22/2).
Sidang pleno pertama dibuka oleh Handry Satriago, CEO General Electric dengan materi Gerakan Revolusi Mental di Bidang Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam paparannya, Handry menyampaikan, ada dua hal yang menjadi tantangan terbesar manusia saat ini, tantangan untuk bertahan hidup di antara ketidakpastian dan tantangan menghadapi globalisasi.
“Menjawab ‘menghadapi ketidakpastian di dunia yang tidak pasti’ adalah dengan memiliki kemampuan yang fleksibel. Seseorang haruslah memiliki integritas dan siap menghadapi perubahan. Hal yang paling mudah dilakukan adalah selalu belajar dan jangan pernah merasa telah mengetahui banyak hal,” jelas Handry.
Sementara tantangan globalisasi, mau tidak mau tentu akan bersinggungan dengan gadget dan perangkat canggih lainnya. Masalah besar yang sedang terjadi adalah perubahan yang sangat cepat. “Generasi selanjutnya harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dunia, atau mereka akan menjadi objek dari perubahan tersebut,” Handry menambahkan.
Sidang kemudian dilanjutkan dengan materi yang diisi oleh Ade Irawan, perwakilan dari Indonesia Corruption Watch (ICW). Dalam paparannya, Ade menggarisbawahi akan pentingnya penanaman nilai kejujuran pada anak sejak dini.
Bicara korupsi, berarti bicara tentang kejahatan. Pembelajaran korupsi di sekolah harus benar-benar dilakukan, mulai dari penanaman nilai kejujuran, kedisiplinan waktu, loyalitas, hingga integritas. “Jika dulu korupsi dilakukan oleh orang-orang dewasa, saat ini anak-anak muda sudah mulai korupsi. Jadi, saat ini bukan lagi menyelamatkan Negara, dalam hal ini kantor-kantor dan kepemerintahan dari korupsi, tetapi juga termasuk menyelamatkan generasi muda dari bahaya laten ini,” ungkap Ade.
Sidang terus berlanjut. Pada sesi ketiga, Abdul Malik Gismar, Senior Advisor for Knowledge and Resource Center tampil sebagai pembicara materi Membangun Sinergi Pusat-Daerah dalam Kebijakan Pendidikan’. Ia menekankan, perlunya validasi data dan pemahaman terhadap data tersebut secara sistematik dalam pembuatan kebijakan.
Terakhir, tak kalah menarik, Rene Suhardono dari Indonesia Mengajar hadir membawa materi berjudul Potret Pendidikan di Abad XXI. Dalam presentasinya, Rene menjelaskan kualitas hubungan menjadi masalah terbesar manusia dalam memasuki abad ke-21. Di mana globalisai, teknologi, persaingan ide, dan pendidikan menjadi bagian di dalamnya yang tak mungkin terpisahkan.
Menutup diskusi, Anies Baswedan memaparkan poin utama yang harus dipersiapkan dalam menghadapi arus modernisasi. “Dunia berubah terlalu cepat, jangan menjadi manusia yang sinis terhadap perubahan, jadilah pribadi yang siap menghadapi globalisasi. Berpikir kreatif dan out of the box adalah cara untuk terus berinovasi menghadapi perubahan dunia. Terakhir, terus belajar. Kelihatannya mungkin sederhana, tapi lihatlah data, kenyataan, dan pandang dari perspektif yang berbeda. Terus posisikan diri kita sebagai orang yang sedang belajar,” tukas Anies.