You are currently viewing Diorama Penurunan Bendera Hinomaru dan Pengibaran Bendera Merah Putih di Gedung Agung Yogyakarta- Diorama II Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Diorama Penurunan Bendera Hinomaru dan Pengibaran Bendera Merah Putih di Gedung Agung Yogyakarta- Diorama II Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Diorama II Menampilkan adegan peristiwa sejarah sejak Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945  sampai dengan meletusnya Agresi Militer Belanda I tahun 1947. Salah satu adegan dome ketiga pada Diorama II adalah Diorama adegan Para pemuda antara lain Slamet, Sutan Ilyas, Supardi, Rusli dan pemudi Siti Ngaisyah sedang mengganti bendera Hinomaru dengan bendera Merah Putih di atap Gedung Cokan Kantai (Gedung Agung, sekarang) Berlangsung  di Gedung Agung Jl. A. Yani Yogyakarta pada tanggal 21 September 1945.

Pada tanggal 20 September 1945, di Jakarta dilangsungkan konferensi  yang dihadiri oleh pemuka-pemuka masyarakat, pegawai, polisi, BKR dan Barisan Pelopor dari seluruh Jawa yang bertujuan untuk membulatkan tekad  sebagai pendukung proklamasi dan pembela Republik.  Konferensi tersebut menegaskan antara lain agar pemasangan bendera Merah Putih makin diperhebat.

Menanggapi hal tersebut maka di Yogyakarta, para pemuda dengan semangat yang berapi-api segera bergerak. Mereka berusaha mengibarkan bendera Merah Putih di rumah-rumah, di pabrik-pabrik, di toko-toko, di gedung-gedung instansi pemerintah maupun di kendaran-kendaraan bermotor.  Tak sekalipun terlintas rasa takut akan tentara Jepang yang bersenjata lengkap pada waktu itu.

Pada tanggal 21 September 1945, sebelum terjadi penurunan bendera Hinomaru di gedung Cokan Kantai, rakyat bergerak menuju Balai Mataram (Senisono sekarang) untuk mengibarkan bendera Merah Putih. Setelah bendera Merah Putih berkibar di Balai Mataram, mereka dihalau oleh tentara Jepang.  Tetapi kemudian sekitar jam 12.00 WIB mereka kembali lagi dengan jumlah yang lebih banyak. Ribuan rakyat Yogyakarta yang sebagian besar pemuda pelajar telah berkumpul di depan Gedung Cokan Kantai (Gedung Agung) dengan dikawal oleh satu kompi pasukan Polisi Istimewa.  Waktu itu sebagai juru bicara adalah Jamaludin Nasution yang bertindak selaku Sekretaris Promotor Pemuda Nasional (PPN).  Mereka bermaksud menurunkan bendera Hinomaru di atas atap Gedung Cokan Kantai dan ingin menggantinya dengan bendera Merah Putih.  Tanpa perasaan takut sedikitpun beberapa orang pemuda antara lain Slamet, Sutan Ilyas, Supardi, Samawi, dan Rusli. Ditambah 1 orang pemudi yang  bernama Siti Ngaisah (ada yang memanggil Widowati)  segera naik ke atas Gedung Cokan Kantai menurunkan bendera Hinomaru dan menggantikannya dengan bendera Merah Putih. Saat itupula bergema lagu Indonesia Raya yang melantun dengan khidmat. Peristiwa besar ini kemudian dikenal dengan Insiden Bendera di Cokan Kantai.

Sebelum peristiwa itu terjadi, sebetulnya telah ada delegasi Indonesia yang menghadap Jepang di Gedung Cokan Kantai untuk meminta menurunkan bendera Hinomaru dan menggantikannya dengan Merah Putih, dan dikabulkan. Tetapi selang beberapa waktu Jepang menggantinya dengan menaikkan kembali Bendera Hinomaru. Inilah yang membuat rakyat Indonesia, khususnya rakyat Yogyakarta marah.

Sesudah bendera Merah Putih berkibar di atas Gedung Cokan Kantai, ribuan rakyat Yogyakarta bergerak melakukan pawai di sepanjang Jl. Malioboro. Arak-arakan dipimpin oleh satuan Polisi Istimewa  dengan senjata lengkap. Arak-arakan tersebut berpapasan dengan satuan Kenpeitei yang bermarkas di Pingit. Namun ketika itu tidak terjadi kontak senjata. Pada tanggal yang sama Kesatuan Polisi Istimewa Yogyakarta di Asrama Polisi Pathuk, dipimpin RP. Sudarsono, mengadakan ikrar  dan ketetapan hati untuk hanya melaksanakan perintah dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX  sebagai pucuk pimpinan di Yogyakarta.

Sumber : Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta