You are currently viewing Konservasi Kuratif Keramik Dinasti Ching (17-20 M) dari situs perairan Selat Gelasa

Konservasi Kuratif Keramik Dinasti Ching (17-20 M) dari situs perairan Selat Gelasa

Yogyakarta, Selama bulan September 2017 ini Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan pameran museum sebanyak tiga kali. Ketiga pameran tersebut dilaksanakan dengan jadwal yang berdekatan dan bersamaan. Pameran Bersama Kebudayaan dalam rangka Perkemahan Wirakarya Pramuka Ma’arif Nasional (Perwimanas) ke II digelar pada tanggal 18-22 September 2017 di Bumi Perkemahan Lapangan Tembak Akmil Magelang, Jawa Tengah. Pameran pameran keliling kabupaten / kota “Memorabilia Sejarah Perjuangan Bangsa” pada tanggal 19 – 23 September 2017 di dusun Tajen atau Ngrenak Kidul, Sidomoyo, Gamping, Sleman, DIY, dan Pameran Bersama Keliling Jawa Tengah dengan tema “Pahlawanku Idolaku” yang berlangsung dari tanggal 20-24 September 2017 di Gedung Setda Kebumen.

Ditengah kesibukan mempersiapkan dan penanganan koleksi pasca pelaksanaan beberapa kegiatan pameran tersebut, di bulan September ini  tim konservator Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta juga melakukan konservasi kuratif.

Tim konservasi bertanggungjawab terhadap pemeliharaan dan perawatan koleksi sebuah museum. Kegiatan konservasi ini mempunyai dua fungsi utama yaitu: Berfungsi menangani lingkungan, artinya melakukan tindakan penyelamatan lingkungan tempat penyimpanan obyek koleksi museum. Tempat penyimpanan koleksi jika tidak terawat dapat mendatangkan bahaya atau kerusakan. Oleh sebab itu, diupayakan keadaan obyek koleksi museum dalam keadaan baik. Dan berfungsi menangani koleksi artinya tindakan perawatan yang ditujukan kepada objek koleksi museum yang mengalami kerusakan atau kena gangguan suatu penyakit. Kegiatan konservasi ini melakukan pemeriksaan, penyelamatan, atau tindakan lain.

Konservasi terdiri dari konservasi preventif dan konservasi kuratif. Konservasi prefentif adalah konservasi yang dilakukan dalam rangka mengendalikan factor-faktor penyebab kerusakan atau pelapukan yang mengancam kondisi keterawatan cagar budaya. Konservasi prefentif merupakan tindakan yang mencegah kerusakan atau mengurangi potensi kerusakan.

Konservasi kuratif adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki, merekonstruksi, dan merestorasi suatu koleksi dari kerusakan atau pelapukan. Sebelum menentukan tindakan konservasi sebaiknya seorang konservator melakukan diagnostic terhadap koleksi agar tindakan konservasi yang dilakukan tepat sasaran. Adapun kajian sebelum penanganan konservasi merupakan salah satu aspek yang sangat mendasar perlu dilakukan, baik yang menyangkut bahan dasar yang digunakan dan terutama akar permasalahan yang dihadapi.

Konservasi kuratif yang dilakukan tim konservator Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta meliputi fumigasi pada koleksi wayang, buku dan dome yang terdapat di Diorama I pasca penggantian rangka atap gedung M3 dan M4 selama 120hari (mei-september 2017), 100 buah keramik peninggalan bawah air hasil pengangkatan dari situs perairan Selat Gelasa, Provinsi Bangka Belitung, dan Selasar Monumen Serangan Oemom Satoe Maret 1949.

100 keramik tersebut merupakan Benda-benda koleksi tersebut terutama keramik Cina merupakan temuan bawah air asal perairan Selat Gelasa Bangka Belitung pada pengangkatan tahun 2000. Keramik Cina diperkirakan masa dinasti Ching (17-20 M) sudah tampak memudar motifnya meski masih utuh tetapi rapuh. Oleh karenanya penanganan koleksi ini menjadi sangat lebih berhati-hati. Konservasi keramik ini menggunakan air berkarbonasi (air soda), keramik direndam di dalam air tersebut apabila endapan garam dan karang tidak bisa terlepas sendiri dibantu mekanik dengan alat scavel.

Konservasi koleksi benda cagar budaya di sebuah museum penting dilakukan mengingat keberadaan sebuah benda koleksi sangat tergantung dari proses perawatan dan pemeliharaannya. Baik dan buruknya keberadaan koleksi sangat tergantung dari proses yang dilaksanakan oleh kelompok konservasi.