
Pontianak, 22 Februari 2025, Menteri Kebudayaan RI melangsungkan kunjungan kerja ke Provinsi Kalimantan Barat, salah satu provinsi di Indonesia yang dilintasi garis khatulistiwa. Mengawali kunjungan kerja di Kalimantan Barat, Menbud RI mengunjungi Istana Qadriah. Disambut oleh Sultan Mervin Syarif Alkadrie yang didampingi oleh Maharatu Suri Tanaya Ahmad. Turut hadir dalam kesempatan ini juga anggota DPR RI Komisi V, Bapak Yuliansyah.
Dalam kunjungannya, Menbud RI mengapresiasi nilai sejarah Istana Qadriah. “Saya kira istana yang dibangun sejak tahun 1773 ini mempunyai banyak cerita sejarah dan juga tentu saja hal-hal yang terkait dengan perjalanan bangsa kita. Di sini juga ada Sultan Hamid II yang merupakan seorang tokoh yang membuat lambang negara kita, Garuda Pancasila. Saya yakin memang sangat layak untuk menjadi Pahlawan Nasional,” ungkapnya.
Terkait dengan Cagar Budaya dan pelestarian budaya Istana Qariah, Menbud menyampaikan istana ini satu-satunya cagar budaya nasional yang ada di Kalimantan Barat. “Jadi kita harapkan bisa kita lestarikan, kita jaga, kita kembangkan, dan juga kita manfaatkan. Nantinya juga sebagai art space, public space, yang selama ini juga mungkin sudah dilakukan. Mudah-mudahan ke depan Kementerian Kebudayaan bekerja sama tentu dengan berbagai pihak bisa mendorong untuk percepatan di dalam pemugaran dari Istana Kadriyah ini,” jelasnya lagi.
Menbud RI juga menjelaskan bahwa Kalimantan Barat merupakan daerah yang sangat inklusif, terbukti dengan akulturasi budaya yang harmonis. Perpaduan budaya Dayak, Melayu, Arab, Tionghoa, dan berbagai etnis lainnya membentuk suatu keunikan tersendiri yang tercermin dalam berbagai ekspresi budaya. Akulturasi ini tidak hanya memperkaya warisan budaya daerah, tetapi juga mencerminkan semangat persatuan dalam keberagaman yang harus terus kita jaga, Bhinneka Tunggal Ika. Kementerian Kebudayaan, sebagaimana arahan Bapak Presiden Prabowo Subianto, berkomitmen untuk memajukan kebudayaan nasional sesuai amanat UUD 1945 Pasal 32 (1) bahwa negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. “Untuk itu, saya berharap dapat terwujud kerja sama dan kolaborasi dengan seluruh pihak, agar kebudayaan benar-benar menjadi kekuatan pemersatu. Sebagai haluan pembangunan, memandu kita menuju bangsa yang berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.”
Melanjutkan kunjungan kerja, Menbud RI meninjau Tugu Khatulistiwa di Pontianak Utara. Tugu yang diresmikan pada 21 September 1991 ini, merupakan salah satu situs sejarah, dibangun dengan kayu belian atau kayu ulin, jenis kayu khas Kalimantan yang terkenal sangat kuat dan tahan terhadap perubahan cuaca. Tugu Khatulistiwa merupakan salah satu Cagar Budaya Provinsi Kalimantan Barat yang menandakan bahwa Kota Pontianak dilintasi oleh garis khatulistiwa atau lintang 0º. Tugu ini awalnya dibangun pada tahun 1928 sebagai simbol daerah yang dilintasi garis khatulistiwa. Menbud RI berharap ke depan Tugu Khatulistiwa dapat menjadi Cagar Budaya Nasional, mengingat nilai historis, ikonis, dan edukatif yang dimiliki. Kementerian Kebudayaan berkomitmen mendorong pemajuan kebudayaan daerah sehingga dapat berkontribusi dalam memperkuat upaya pelestarian, pengembangan, dan pemanfaatan kebudayaan bangsa.
Pemajuan kebudayaan adalah sebuah upaya kolaboratif. Dalam rangka memperkuat kerja sama mendorong pemajuan kebudayaan di tingkat daerah melalui sinergi dengan berbagai pihak, kunjungan kerja dilanjutkan dengan pertemuan yang dilangsungkan di Kantor Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) XII, Wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Dalam pertemuan tersebut hadir Wakil Gubernur Provinsi Kalimantan Barat, Krisantus Kurniawan; Ketua BPK XII, Juliadi; Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Rita Hastarita; komunitas budaya, seniman, dan masyarakat adat.
“Kita harus menjadikan museum sebagai etalase budaya, tempat belajar, dan wahana kreativitas masyarakat. Di banyak negara maju museum menjadi salah satu daya tarik utama bagi wisatawan. Kalbar memiliki potensi luar biasa dalam hal ini,” ujar Menbud dalam pertemuan tersebut. “Kita bisa belajar dari negara lain yang menjadikan museum sebagai destinasi utama wisatawan. Dengan pengelolaan yang tepat, museum bisa menjadi daya tarik sekaligus sumber pendapatan bagi daerah,” tuturnya.
Dalam kesempatan tersebut, Menbud RI menyampaikan komitmen Kementerian Kebudayaan yang baru saja berdiri selama 3,5 bulan ini untuk memajukan kebudayaan nasional melalui upaya inklusif. Menbud mendengarkan berbagai masukan dari komunitas budaya dan seniman yang hadir, dan menyampaikan bahwa ruang-ruang untuk interaksi dan ekspresi budaya seperti taman budaya sangat penting untuk memberi ruang kebebasan berekspresi bagi masyarakat.
Kepada Wakil Gubernur juga disampaikan bahwa ke depan Kalimantan Barat dengan beragam objek pemajuan kebudayaan yang dimilikinya harus tampil di panggung nasional, bahkan internasional. Karena hal ini menunjukkan keberagaman dan kekayaan budaya bangsa Indonesia yang bukan hanya harus kita apresiasi namun juga lestarikan. Kementerian Kebudayaan siap mendukung berbagai upaya kolaboratif dalam pemajuan kebudayaan, termasuk melalui skema public-private-partnership dengan tetap menekankan pada upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan.