Gotong Royong Pengarsipan Aset Audiovisual Budaya

0
851
Hilmar Farid

Jakarta – Pengarsipan audiovisual menjadi isu yang penting di tengah perkembangan berbagai kemajuan tenologi dan kecerasan buatan. Dalam konteks Asia tenggara dan Pasifik, banjir audioviual harus bisa menjadi sumber untuk memahami wilayah dengan keragaman budaya ini.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid dalam acara Konferensi Asosiasi Arsip AudioVisual Asia Tenggara ke-28 di Solo (11/6). Pada acara yang diselenggarakan oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) bekerja sama dengan Pasifik AudioVisual Archive Association (SEAPAVAA) ini, Hilmar menjelaskan bahwa Asia Tenggara dan Pasifik mungkin adalah wilayah yang paling beragam di dunia dalam hal keanekaragaman hayati dan budaya.

“Begitu banyak yang telah ditulis berdasarkan bahan tertulis, arsip kolonial, dan sedikit materi asli tentang wilayah ini,” imbuh Hilmar. “Saya pikir penggunaan dari arsip visual dapat memberikan perspektif lain untuk memperkaya pemahaman kita lebih banyak tentang daerah ini.”

Hilmar juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam hal kearsipan audiovisual antar lembaga-lembaga negara, ANRI, komunitas film di Indonesia, serta peneliti yang benar-benar dibutuhkan. “Saya pikir jika kita bersama-sama berpikir tentang agenda ini dengan teliti harapan saya adalah kita akan dapat menghasilkan apa yang disebut Gotong Royong Kebudayaan,” terang Hilmar.