Menghidupkan Kembali Pangan Lokal Melalui Jalan Kebudayaan

0
679

Rangkaian Panjang proses kegiatan sekolah lapang kearifan lokal yang diselenggarakan di Kabupaten Lembata oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi melalui Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Direktorat Jenderal Kebudayaan akhirnya telah sampai pada tahap akhir.

Tahapan mulai dari ditemu kenalinya 199 objek pemajuan kebuadayaan, Kurasi, hingga dapat ditarik kesimpulan bahwa data budaya yang mereka temukenali selama ini selalu berkaitan erat dengan pangan tradisional masyarakat adat. Melalui Kegiatan Gelekat (Gelar kebudayaan Pangan Lokal Masyarakat Adat) Lembata, para pandu budaya menyuarakan keresahan mereka mengenai eksistensi pangan lokal di Lembata.

Festival Gelekat ini berlangsung mulai dari tanggal 29 s.d. 31 Agustus 2023 di taman Swaolsa Titen, Lewoleba, dengan tema : “Makan Apa yang Kita Tanam, Tanam Apa yang Kita Makan”. Kegiatan ini menampilkan pameran pangan lokal dari 12 kampung adat di Lembata, pemutaran film dokumenter, Lomba tutur cerita rakyat, serta dimeriahkan pula dengan tarian, teater, dan monolog dari 12 sanggar seni. Gelekat dalam Bahasa lokal berarti “melayani”, dalam kegiatan ini dihadirkan ibu-ibu dari setiap Masyarakat adat untuk menyajikan kreasi aneka pangan lokal, dan selama kegiatan pangan lokal tersebut disantap bersama.

Sjamsul Hadi S.H.,M.M. selaku Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyrakat Adat, dalam sambutanya menyampaikan bahwa Generasi muda lembata ini merupakan generasi produktif, mereka berhasil mengidentifikasi tiap-tiap pangan lokal yang ada. Mereka bekerja dengan sepenuh hati, meluangkan waktunya untuk berkomunikasi dengan para empu. Mohon untuk selanjutnya ruang-ruang ekspresi melalui generasi muda tidak hanya di ekspresi berkesenian saja, penguatan nilai-nilai kearifan lokal,10 objek pemajuan kebudayaan sesuai dengan amanat undang-undang pemajuan kebudayaan juga perlu diperhatikan, sehingga nantinya identitas Lembata melalui pangan lokal menjadi kebupaten yang memiliki kedaulatan pangan yang sangat kuat.

Saat ini akibat pengaruh globalisasi dengan bergesernya pola konsumsi Masyarakat dari pangan lokal ke beras mengakibatkan beberapa pangan lokal hampir punah, tanaman-tanaman tertentu akhirnya hanya di budidayakan oleh keluarga-keluarga tertentu saja dengan alasan tradisi budaya. Kebanyakan generasi muda sekarang tidak mengetahui jenis-jenis dari pangan lokal yang ada.

Pj Bupati Kabupaten Lembata menyampaikan pesan di akhir sambutanya dalam pembukaan gelekat yang sedang berlangsung. Beliau berharap kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini dapat menjadi momentum untuk menghidupkan kembali kecintaan pada pangan lokal dengan cara membudidayakan kembali tanaman lokal sekaligus sebagai ajang promosi penggunaan pangan lokal baik untuk kebutuhan konsumsi maupun usaha ekonomi produktif yang dapat menghasilkan pendapatan tambahan bagi keluarga maupun kelompok-kelompok usaha lainya.

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini kedepanya diharapkan dapat terus berlanjut, dan bisa mendapat respon positif dari pemerintah daerah Lembata. “Kegiatan ini merupakan kegiatan dalam bentuk panen kebudayaan yaitu gelar kebudayaan pangan lokal Masyarakat adat. Masyarakat adat saya kira kedepannya perlu mendapatkan perhatian, karena ragam identitas Masyarakat adat lemaholot dan kedang ini bisa mendorong kepariwisataan di pulau lembata,” ungkap Sjamsul Hadi pada saat ingin menutup Festival Gelekat di hari pertama. “Kami berharap para pandu budaya yang sudah terbentuk di Kabupaten Lembata dapat menjadi motor penggerak budaya dan berpartisipasi aktif dalam setiap gerakan-gerakan pamajuan kebudayaan yang ada di Kabupaten Lembata ini.” tambahnya.