Pulang Kampung, Kemdikbud Gelar Malam Silaturahmi Sambut Para Seniman Europalia

0
1357

Jakarta – Europalia Arts Festival telah berlangsung 80 hari dari 104 hari yang direncanakan. Para seniman pun telah kembali ke tanah air usai menjadi penampil pada acara yang digelar di beberapa negara Eropa tersebut. Malam tadi, bertempat di Gedung A, Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Direktorat Kesenian, Kemdikbud menggelar malam silaturahmi dengan para seniman tersebut.

Acara yang dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid, para direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan, dan para kurator itu dibuka dengan penampilan penyanyi dangdut kenamaan Ikke Nurjanah. Membawakan beberapa lagu andalan, Ikke menarik salah seorang penonton untuk bernyanyi bersama. Tak disangka, rupanya ia memiliki suara emas yang tak kalah indah dengan Ikke, ia juga merupakan satu-satunya komposer musik wanita yang terpilih untuk tampil di Belanda.

Usai bernyanyi, wanita asal Jogjakarta tersebut membagikan pengalamannya. “Saya ingin berterima kasih sekali kepada Kemdikbud karena telah memfasilitasi kami banyak hal untuk tampil di Eropa. ‘Membuka pintu’ kepada kami, para seniman lokal, di kancah internasional. Sebab, usai tampil kemarin, secara pribadi saya mendapat tawaran untuk datang kembali ke Belgia pada Januari 2018 untuk tampil di sana,” katanya.

Para kurator dari masing-masing bidang pun menuturkan apresiasinya, salah satunya ialah Hikmat Darmawan yang menjadi kurator Komik. Menurutnya, Kemdikbud telah memberikan banyak kesempatan kepada para seniman dan kurator Indonesia untuk ‘melihat’ dunia dan menambah pengetahuan, serta pengalaman yang sangat luas melalui gelaran Europalia Arts Festival ini.

“Kami sebagai seniman yang berkecimpung dalam seni grafik, melihat banyak sekali hal saat berada di Eropa. Saya mengibaratkan sebelum mengikuti acara ini, kami dihadapkan pada pintu-pintu besar yang sulit sekali terbuka, namun setelah kami ikut dan kembali dari Belgia, kami melihat bahwa pintu-pintu itu terbuka dengan mudah dan ringan sekali. Banyak kesempatan dan pengetahuan yang kami dapatkan, seperti mudahnya kami mendapatkan komik Tin-tin terbitan tahun 1950-an, 1930-an, dan seterusnya,” jelasnya.

Tak hanya itu, lanjut Hikmat, kami juga belajar tentang perngarsipan. “Kami semua tahu, Belgia adalah pusat strip komik dunia, kami melihat bahwa untuk mencari arsip komik di tahun-tahun yang sudah berlalu, di sana dapat ditemukan dengan mudah. Kami berkaca, bahwa arsip kita masih sangat berantakan dan belum tersimpan dengan baik. Untuk itu, kami bersemangat untuk merapikan semuanya, dan berniat untuk membangun museum komik Indonesia,” tutur Hikmat.

Hal tersebut disambut baik Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid. Menurutnya, Europalia Arts Festival bukanlah semata-mata festival seni dan budaya, melainkan juga membuka kesempatan dan jaringan diplomasi Indonesia di kancah internasional, khususnya Eropa, melalui para seniman.

“Terbukanya jaringan komunikasi dan diplomasi atau people to people diplomacy adalah tujuan utama kita. Hubungan sesama manusia yang terjalin antara seniman Indonesia dengan seniman Eropa, penonton, maupun orang-orang yang turut serta dalam event tersebut, menjadi pesan yang ingin kita hadirkan dalam acara besar ini,” jelasnya.

Hal senada juga disampaikan Kurator Pameran Seni Kontemporer, Alia Swastika. “Bekerja dalam proyek ini merupakan upaya bersama para seniman untuk keluar dari konteks ‘Jawa’, tapi cross cultural. Di mana akhirnya ada pandangan-pandangan baru yang terbentuk,” ungkap Alia.

Menariknya lagi, tambahnya, kita jadi tambah mengenal diri sendiri. “Kita bukan hanya memberi kesimpulan, tetapi juga memberi makna pada isu-isu yang sedang berkembang hari ini. Jadi secara tidak langsung, ini bukan cuma tentang Indonesia, tetapi dunia,” tukasnya. Acara Silaturahmi Kemdikbud dengan para Seniman Europalia Arts Festival ditutup dengan berfoto bersama.