Jakarta – Sebuah bangsa yang besar dapat dilihat dari seberapa masyarakatnya menghargai sejarah bangsanya. Ungkapan yang diucapkan oleh sang Proklamator, Ir Soekarno memang benar adanya. Sejarah memegang peranan penting, tidak hanya untu mengungkap masa lalu, namun juga untuk membangun masa sekarang dan masa depan sebuah bangsa lebih baik lagi. Bukan hanya tentang sejarah cerita dan nama belaka, namun juga tentang memahami sejarah lambang-lambang negara, seperti bendera, lagu kebangsaan, dan simbol.
Setidaknya itulah inti dari terselenggaranya kegiatan Dialog Kesejarahan Merayakan Bendera Pusaka “Pemuda dan Sang Merah Putih” yang diadakan oleh Direktorat Sejarah, Ditjen Kebudayaan Kemendikbud RI. Acara yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan ini menghadirkan beberapa pembicara seperti putra pahlawan Bung Tomo, Bambang Sulistomo, Pimred Majalah Historia, Bonny Triana, dan Dosen FIB UI, Sarasdewi. Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid turut hadir dan membuka dialog yang diadakan di Plaza Insan Berprestasi, Komple Kemdikbud (14/11) tersebut.
Dalam sambutannya, Hilmar Farid menyampaikan alasan dibalik pemilihan lambang-lambang negara sebagai tema Dialog Kesejarahan tahun ini.
“Kenapa simbol-simbol negara? Karena simbol-simbol negara tersebut bukan hanya sekedar simbol belaka, namun simbol yang melalui perjalanan yang panjang. Terkadang simbol ini luput dari perhatian masyarakat, maka dari itu dengan dialog ini, kami mencoba mengembalikan lagi ingatan masyarakat tentang pentingnya memahami makna dari tiap simbol-simbol negara tersebut,” ucap Hilmar Farid.
Beliau juga menambahkan tentang pentingnya mengkomunikasikan sejarah antar generasi.
“Cara belajar sejarah yang efektif adalah bukan dengan menghafal nama, tanggal, atau peristiwa, tapi dengan membangun komunikasi antar generasi, membaca dimensi sejarahnya. Bukan untuk menghafal masa lalu, namun mengembangkan kesadaran sejarah untuk membangun masa depan bangsa,” tambahnya.