Palu– Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi menyelenggarakan Dialog Nasional bertajuk “Revitalisasi Nilai-nilai Budaya Bangsa Dalam Rangka Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia” di Silae Convention Hall, Swiss-bel Hotel Palu, Sulteng. Acara ini masih menjadi rangkaian kegiatan Pekan Budaya Indonesia-Festival Pesona Palu Nomoni 2017.
Adapun terselenggaranya dialog nasional ini memiliki empat tujuan yang hendak dicapai. Tujuan-tujuan tersebut yakni meningkatkan peran dan fungsi nilai-nilai budaya; memantapkan persatuan dan kesatuan antar umat berketuhanan Yang Maha Esa dalam upaya membangun peradaban bangsa; meningkatkan serta menguatkan partisipasi dan kapasitan organisasi penghayat, komunitas adat, raja dan sultan Se-Nusantara serta organisasi masyarakat keagamaan.
Terakhir yakni meningkatkan eksistensi penghayat kepercayan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, komunitas adat, raja, dan sultan Se-Nusantara serta organisasi masyarakat keagamaan dalam pelestarian nilai – nilai luhur bangsa.
Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Sri Hartini mengatakan peserta dialog nasional ini berjumlah sekitar 300 orang yang terdiri dari perwakilan organisasi, komunitas adat dan tradisi, lembaga adat, raja dan sultan se-Nusantara, budayawan dan akademisi.
“Tentu kami berharap hasil yang akan dicapai melalui dialog nasional ini akan menguatkan di berbagai bidang, yakni pendidikan, politik dan ekonomi, serta hukum dengan penguatan peran dan fungsi dengan kearifkan lokal,” ujarnya saat pembukaan.
Dialog yang diselenggarakan selama tiga hari berturut-turut ini diharapkan mampu menghasilkan rumusan tepat untuk membangun karakterter, jati diri bangsa menuju bangsa yang adil, makmur dan bermatabat. Tak hanya itu, Walikota Palu Hidayat mengaharapkan hasil-hasil rumusan dialog nasional ini dapat dipertimbangkan ke pemimpin negara dan dijadikan sebagai satu kebijakan nasional.
“Melalui Ditjen Kebudayaan Kemdikbud, bagaimana caranya ini sampai ke tangan pemimpin bangsa. Kalau tidak besar biaya untuk melaksanakan ini tidak ada manfaatnya. Dari Palu mudah-mudahan untuk Indonesia yang berbudaya dan beradat,” ucapnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid menggarisbawahi pentingnya dialog ini dalam semua aspek kehidupan bermasyarat beradat. Apalagi ditambah adanya kesenjangan antara generasi muda dan orang tua atau komunitas dalam menumbuhkan kembali kecintaan akan tradisi sebaiknya diselesaikan melalui komunikasi yang strategis.
“Anak-anak kita ini sekarang digital native, berkomunikasi melalui perantara itu. Ibaratnya teknologi mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Ini tantangan besar bagi Ditjenbud untuk mencari jalan (penyelesaian). Dengan adanya silaturahmi semacam inilah ikatan atau hubungan bisa diperkuat,” ungkapnya.
Nantinya dialog nasional akan dibagi menjadi beberapa sesi dan membahas tentang topik-topik nasionalis. Diantaranya Penguatan NKRI Melalui Bingkai Nilai Budaya; Penguatan Kebhinekaan Indonesia Melalui Revitalisasi Nilai Budaya dan Bangsa; Nilai Kepecayaan, Komunitas Adat dan Keraton. Dilanjutkan dengan sidang komisi yang ditinjau dari aspek pendidikan, aspek hukum dan aspek politik dan ekonomi.
Acara pembukaan dialog nasional ini turut dihadiri oleh Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola, Ketua Ika Lemhanas Agum Gumelar, BPNB Se-Indonesia, para raja, sultan, datuk, kepala adat yang tergabung dalam Majelis Agung Raja Sultan Indonesia dan tamu kehormatan lainnya.