Palu-Perkembangan teknologi yang pesat telah merubah gawai (gadget) tidak hanya menjadi kebutuhan sosial (komunikasi) tapi kebutuhan personal. Gawai menjadi sarana hiburan dan “rekreasi”; mulai sekedar berselancar di internet, permainan (game), hingga menikmati tayangan audio dan visual. Dan kini ia tidak hanya dikonsumsi orang dewasa, tapi anak-anak. Mereka mulai terbiasa dengan gawai sebagai hiburan.
Tapi pemandangan di Gedung Seni Taman Budaya Palu dua hari yang lalu hingga kini nampak berbeda (24/09). Puluhan siswa dari sekolah dasar hingga menengah atas sibuk melakukan berbagai aktifitas permainan tradisional yang sudah jarang dilakukan saat ini. Tidak nampak anak-anak yang asik memainkan gawainya. Hanya sesekali ada yang mengeluarkan untuk berfoto.
“Saya belum pernah main ini lagi sejak kecil. Sudah lama tidak memainkan,” ujar Faizah, siswi kelas XIII SMP Lab School Palu setelah mencoba bermain bakiak, egrang dan balap karung.
“…permainan bakiak itu menguji konsentrasi, bermainnya secara bersama-sama, dan melatih kekompakan,” tambah teman Faizah, Nadira.
Lain lagi dengan Affan, meski siswa SMA Negeri 1 Palu itu masih sangat kaku bermain egrang dan sering jatuh. Namun dia tidak putus asa, dan terus mencoba hingga bisa berjalan dengan egrang. “Seru, menantang, melatih keseimbangan,” tuturnya. “Kaya’ kembali ke masa kecil, seperti anak-anak. Jarang-jarang ada beginian,” tambahnya.
Mereka adalah pengunjung Pameran Permainan Tradisional yang diadakan di Taman Budaya Palu. Pameran Permainan Tradisional diinisiasi oleh Direktorat Kepercayaan dan Tradisi untuk memeriahkan acara Pekan Budaya Indonesia dan Palu Nomoni. Para pengunjung dapat mencoba berbagai permainan tradisional disana hingga tanggal 27 September.
Berbeda dengan permainan modern seperti video game yang sangat digandrungi anak-anak sekarang, permainan tradisional menuntut untuk banyak bergerak dan berinteraksi dengan sesamanya. Bahkan tidak hanya sekedar hiburan, karena ada juga nilai filosofis yang terkandung di dalamnya. Misalnya bermain ketapel bisa melatih diri untuk fokus dan bersikap tenang untuk mencapai target sasaran. Bermain egrang menuntut keseimbangan, ketenangan, semangat, dan pantang menyerah. Memanah dapat melatih konsentrasi dan sikap fokus. Dalam permainan gasing pun terdapat filosofis kehidupan.
sumber: kemdikbud.go.id