Warna-warni dari sebuah aksesoris kepala pria menyemarakkan malam gelap yang basah itu. Dengan rasa bangga dan langkah yang tegap, mereka memasuki Anjungan Nusantara, tempat dilaksanakannya Malam Pembukaan Pekan Budaya Indonesia – Pesona Palu Nomoni 2017 di Palu, Sulawesi Tengah. Apapun pakaian yang dikenakan para pria tersebut, tak satupun yang tidak mengenakan Ikat Kepala Siga.
Ya, Ikat Kepala Siga merupakan salah satu simbol kebesaran masyarakat Kaili di Palu, Sulawesi Tengah. Ikat kepala yang khusus dikenakan oleh kaum laki-laki ini memiliki makna tersendiri dalam pemakainnya, yaitu status sosial dibalik warna. Warna kuning adalah warna tertinggi, yang hanya dapat dikenakan oleh para raja dan bangsawan. Si warna laut, biru, menunjukkan strata sosial pemakainya yang memangku tugas sebagai gubernur atau bupati atau perangkat pemerintah lainnya. Sedangkan warna merah dapat dipakai oleh siapapun tanpa membedakan kelas sosial.
Kini, siapapun dapat memakai Ikat Kepala Siga kebanggan masyarakat Kaili. Tidak lagi memandang kasta sosial si pemakai, si aksesoris budaya ini kini sudah tersedia dalam berbagai warna, memudahkan pemakai memadu madankan warna dengan pakaian. Pun tidak lagi perlu bersusah payah mengikat, kini sudah tersedia pula ikat kepala yang bisa langsung dikenakan. Namun bagaimanapun, Ikat Kepala Siga tetaplah menjadi simbol kebesaran dan kebanggan masyarakat Kaili, Sulawesi Tengah.