Bandung – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan menggelar Bimbingan Teknis Multimedia untuk Remaja Masjid Bersejarah di Hotel Holiday Inn, Bandung. Acara tersebut terselenggara dalam rangka membangun dan menjaga peradaban bangsa.
Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid dalam sambutan melalui video conference mengatakan, kegiatan ini adalah salah satu langkah nyata pemerintah bersama dengan para pengelola masjid untuk mengimbangi keriuhrendahan yang ada di media sosial belakangan ini. “Selama ini, banyak sekali dampak yang tidak kita inginkan hadir di masyarakat melalui sosial media, hal-hal seperti menuju perdamaian, toleransi dan saling pengertian di dalam masyarakat kita,” paparnya.
Selain itu, ia melanjutkan, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pernah menyampaikan bahwa masjid merupakan salah satu media strategis dalam membangun peradaban. “Berangkat dari sana, kami merasa harus ada upaya khusus untuk mengangkat kembali masjid-masjid bersejarah yang ada di nusantara, sehingga nilai-nilai yang ditinggalkannya, baik dari segi sosial, kultural, ekonomi, dan spiritual bisa diangkat di masyarakat,” Hilmar melanjutkan.
Masjid, dalam perkembangannya, tak hanya sebagai simbol kebesaran Islam, tetapi juga menjadi simbol harmoni kehidupan manusia dengan lingkungan. Bentuk bangunan dan arsitektur masjid tak hanya menyimpan nilai sejarah, tetapi juga mengandung pesan keagamaan yang dalam dan harus diungkap sebagai pengetahuan bagi masyarakat umum. Besarnya pengaruh masjid inilah yang mendorong pemerintah untuk mengembangkan fungsinya dan menjadikan wadah yang efektif dalam peningkatan SDM, berkaitan dengan karakter berbangsa di Indonesia.
Bimbingan Teknis untuk Remaja Masjid Bersejarah dalam Rangka Membangun Peradaban Bangsa mulai dilaksanakan pada tanggal 12-15 Juli 2017. Penyelenggaraan ini merupakan hasil kerja sama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Badan Pelaksana Pengelola Masjid Salman ITB.
Pertemuan ini dihadiri oleh para pengelola masjid sejumlah 42 peserta dari 37 masjid bersejarah yang ada di wilayah Indonesia. Melalui acara ini, Hilmar berharap masjid dapat memberikan motivasi dan mengembangkan kegiatan ekonomi, maupun aktivitas umat Islam dalam sejarah peradaban bangsa.
“Melalui kegiatan ini pula, diharapkan adanya peningkatan kapasitas, bukan hanya teknis, tetapi juga isi. Mari kita diskusikan cara-cara terbaik. Ini bukan penataran di mana konten sudah ada lalu diolah, tetapi mendiskusikan bagaimana pesan-pesan itu bisa dikomunikasikan dengan efektif dengan cara-cara masa kini,” tukasnya.