Jakarta –Pembangunan tidak hanya fokus pada sektor ekonomi tetapi juga kebudayaan. Salah satu potensi pembangunan adalah kemajemukan di Indonesia. Dua hal inilah yang menjadi landasan diselenggarakan Seminar Nasional ‘Peran Kebudayaan Dalam Pembangunan Nasional’ (4/4).
Seminar Nasional yang dibuka oleh Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional, Bambang Brodjonegoro ini menghadirkan pembicara Hilmar Farid (Dirjen Kebudayaan), Abdullah Azwar Anas (Bupati Banyuwangi), Melani Budianta ( Pakar Budaya UI), Butet Manurung (Pendiri Sokola Rimba), Hans Antlov ( Antropolog), Dynand Fariz (Presiden Jember Fashion Carnaval) dan Amich Alhumami (Direktur Pendidikan Tinggi, Iptek, dan Kebudayaan Bappenas).
Para pembicara membahas hubungan antara kebudayaan dengan pembangunan. Tema yang dibahas antara lain peta jalan pembangunan kebudayaan, dinamika kebudayaan dalam pembangunan, kearifan lokal sebagai modal pembangunan, pembangunan kota budaya dan pengembangan industri kreatif berbasis budaya lokal.
Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, yang berkesempatan menjadi pembicara pertama menyampaikan Peta Jalan Pembangunan Kebudayaan. Ia menekankan bahwa arah pembangunan kebudayaan antara lain peningkatan pelaku dan pengelola kebudayaan, serta akses terhadap proses dan produk kebudayaan. “ Yang terpenting adalah keterlibatan dan partisipasi dari masyarakat dalam pembangunan kebudayaan”, tambah pria yang juga sejarawan tersebut.
Acara yang diselenggarakan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) melaui Kedeputian Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan ini diadakan untuk menjaring saran dan masukan dari para ahli, prakitisi, akademisi, pengamat, pemangku kebijakan bidang kebudayaan dan masyarakat.