Tiga Sektor Pengelola Perfilman Angkat Tema Keberagaman Indonesia Melalui Film

0
1924

Jakarta — Film dapat dipergunakan sebagai media untuk kepentingan sosial, budaya, dan politik. Dan perkembangannya, peredaran film di Indonesia sebagai medium propaganda pembangunan, hingga sarana membangun dan mempertahankan keberagaman budaya Indonesia. Sebagai wujud keberadaan perfilman di Indonesia, masyarakat perfilman Indonesia merayakan Hari Film Nasional tiap tanggal 30 Maret di tiap tahunnya.

Khusus tahun ini, tiga kementerian dan lembaga Pemerintah bergandengan tangan untuk selenggarakan Hari Film Nasional 2017, meliputi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Badan Ekonomi Kreatif, Perum Perusahaan Film Negara (PFN). Tema yang diangkat yaitu Merayakan Keberagaman Indonesia, berupa rangkaian kegiatan penayangan film di sejumlah kota (data terlampir), yaitu dari 30 Maret-1 April 2017. Diantaranya, penayangan film bertema keberagaman Indonesia di berbagai komunitas, luar negeri, jaringan bioskop, dan KRL Commuterline Jabodetabek, diskusi-diskusi (Film & Sastra, Platform Digital untuk Film, Animasi untuk Anak), pitching pembuatan film di 10 Destinasi Wisata, Film Project Expo, dan FILARTC (Film & Art Celebration). Pada acara puncak, Hari Film Nasional diselenggarakan di arena FILARTC, pada tanggal 30 Maret 2017, di Kompleks Perum Perusahaan Film Negara (PFN).

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengungkapkan tema dari Hari Film Nasional 2017 berkaitan dengan isu-isu yang terjadi dan berkembang di masyarakat yang berhubungan dengan perbedaan pendapat yang mungkin saling bertentangan.

“Diharapkan dengan film, masyarakat Indonesia bisa lebih menikmati keberagaman dengan merayakan keberagaman tersebut,” ujar Mendikbud saat Pembukaan Hari Film Nasional 2017, di Jakarta, Senin (6.3.2017).

Lasja F. Susatyo, selaku Ketua Panitia Pelaksana Hari Film Nasional 2017, mengungkapkan adanya dua momentum besar yang diangkat pada penyelenggaraan tahun ini, yaitu adanya rekor 36 juta lebih penonton film Indonesia pada tahun 2016, dan pembebasan investasi asing di semua sektor perfilman.

“Perayaan Hari Film Nasional 2017 diselenggarakan dengan dua momentum besar, yaitu rekor 36 juta lebih penonton film Indonesia pada 2016 dan pembebasan investasi asing di semua sektor perfilman. Dua hal itu akan membawa perfilman Indonesia memasuki babak baru”, ungkap Lasja.

Menurutnya, perkembangan perfilman telah nampak beberapa tahun belakangan, yaitu pada sisi infrastruktur, investasi baru mulai mengalir masuk, ruang pemutaran menjadi semakin banyak dan meluas ke seluruh Indonesia, dan platform digital untuk pemutaran film kian banyak dan beragam. Pada sisi konten, lanjutnya, pusat produksi telah menyebar ke berbagai pelosok negeri, komunitas-komunitas pembuat film tumbuh pesat di hampir semua daerah, dan kedua hal tersebut akan terus melahirkan sangat banyak film yang mengisahkan keberagaman Indonesia.

Sehingga, perayaan Hari Film Nasional 2017 perlu dimanfaatkan sebagai momentum mengajak segenap komponen bangsa yang mencakup pemerintah, pemangku kepentingan perfilman, dan masyarakat luas, untuk mamaksimalkan film guna mempropagandakan keberagaman Indonesia dan meningkatkan akses masyarakat untuk menonton film-film tersebut.

“Melalui gerakan semesta semacam itu bangsa kita akan mendapatkan kembali pemahaman yang lebih baik mengenai ke-Bhinneka Tunggal Ika-an Indonesia sebagai modal penting menangkal berbagai persoalan bersama, termasuk intoleransi, readikalisme, dan ancaman perpecahan,” jelasnya.

Lasja berpesan, adanya wujud komitmen pemerintah, keterlibatan masyarakat, dan kesiapan pemangku kepentingan perfilman, untuk mendukung gerakan ini melalui partisipasi bersama memproduksi film-film keberagaman Indonesia dan membangun infrastruktur distribusi di seluruh negeri.