Auckland-Salah satu program pegiat budaya adalah mentoring dengan para pelaku budaya di New Zealand. Tiap peserta dapat belajar langsung dari pakar sesuai bidangnya masing-masing. Memasuki hari mentoring ke empat, para pegiat bidang sejarah dan museum berkunjung ke museum Auckland untuk belajar pengelolaan museum dan dokumentasi sejarah.
Museum yang telah berdiri sejak tahun 1867 ini merupakan museum bertema sejarah perang di Auckland. Fokus museum ini adalah menyajikan data dan informasi sejarah perang yang digunakan untuk penelitian. Keseriusan museum Auckland dalam menyajikan data sejarah perang untuk penelitian adalah dengan menyediakan perpustakaan khusus.
“Sangat berasa bahwa pertama kali masuk kesini sangat banyak data sejarah perang”, ujar Salfia Rahmawati, salah satu pegiat bidang sejarah ketika mengunjungi perpustakaan museum Auckland. Baginya perpustakaan tersebut memberi data yang sangat detail dan lengkap untuk penelitian. “Bahkan kita bisa menemukan diary seorang istri dari tentara”, tambahnya.
Selain itu menurut Darwis Utama Yacob, salah satu pegiat sejarah, pengelolaan dan managemen data sangat rapi dan memudahkan. Khusus foto, mereka mengurutkan berdasarkan awal terciptanya foto. Kedua pegiat sepakat bahwa pengelolaan museum dan perpustakaan seperti Museum Auckland belum ada di Indonesia.
Shaun Higgins, kurator yang menjadi mentor, berkata,” memasuki perpustakaan museum tersebut seolah melakukan perjalanan sejarah”.