Auckland-Penonton tidak bisa menutupi kekaguman sepanjang hampir 15 menit. Tari Topeng Losari sukses ‘menyihir’ tidak hanya pihak Auckland University of Technology (AUT) tapi juga kontingen Indonesia yang menonton. Salah satu peserta, Irana Salindra, bahkan menitikan air mata setelah menyaksikan tari yang dibawakan oleh Nuranani tersebut. Meski telah banyak melihat macam tarian, menurutnya tarian tersebut sangat bagus hingga tidak dapat digambarkan dengan kata-kata.
“Aku gak tahu kenapa sampai menangis, seperti merasakan emosi dalam tarian itu”, ujarnya. Hal ini diamini oleh Tatjana, kordinator program dari AUT yang turut menyaksikan pertunjukan Nuranani.” Saya sangat senang menyaksikan sajian kalian, saya tidak dapat berkata-kata”, Ujarnya.
Tari topeng yang dibawakan oleh keturunan ketujuh trah Losari tersebut bercerita tentang tokoh antagonis dari kisah Panji, yaitu Raja Klana. Meski dibawakan seorang wanita, gerakan-gerakan yang tegas dan penuh energi dapat dimainkan dengan sangat apik. Tari tersebut telah direncanakan untuk ditampilkan di sesi akhir karena membutuhkan waktu lebih lama dan karakter tarian pun sangat kuat.
Selain Nuranani, Wisnu Aji Setyo Wicaksono, pegiat asal Jawa Timur, berkesempatan pula menghadirkan tari topeng Kelana. Berduet dengan Tri Anggoro, mereka tampil sebagai penari pertama. Menarik perhatian penonton AUT yang kebanyakan belum pernah menyaksikan tari tradisional Indonesia. Parrisca Indra menutup seluruh pertunjukan tari. Pemuda berdarah seniman itu menyajikan tari dari Madura, Topeng Getak.
Di akhir acara, Tatjana berpesan agar para seniman terus bekerja keras dan jangan menyerah untuk melestarikan kebudayaan Indonesia karena Indonesia memiliki budaya dan kesenian yang luar biasa.