Jakarta – Pemikiran tentang pengetahuan dasar kebangsaan mengemuka pada diskusi subtema 7 ‘Pemikiran Pendidikan dan Pengajaran Sejarah’ hari terakhir, Rabu (9/11). Rendy Suhardiman dari Lembaga Riset Pertahanan Negara dan Strategi, dengan makalahnya ‘Wawasan Nusantara sebagai Strategi Pembangunan Maritim Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia’ mengkritisi upaya bangsa Indonesia sebagai Negara kepulauan yang akan menjadi poros maritime dunia.
Menurutnya, langkah Presiden Joko Widodo dengan visi maritimnya merupakan terobosan baru dalam sejarah politik Indonesia. “Dengan visi maritimnya, Presiden Jokowi tampak ingin membawa bangsa ini sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya, namun tentu saja harus diawali dengan kemampuan Indonesia mengelola potensi maritimnya,” jelasnya.
Untuk merealisasikannya, lanjut Rendy, perlu adanya keselarasan cara pandang sebagaimana dinarasikan dalam konsep Wawasan Nusantara. “Wawasan Nusantara memberikan panduan setidaknya dalam empat aspek, yakni aspek budaya, filosofi, kewilayahan, dan aspek historis,” ungkap Rendy.
Aspek budaya, membahas tentang keanekaragaman budaya menjadi salah satu unsur dasar yang dapat mempererat rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Aspek filosofi bertolak dari proses terbentuknya NKRI yang kemudian menimbulkan kesadaran akan pentingnya rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Aspek kewilayahan menyinggung soal luas wilayah perairan yurisdiksi nasional Indonesia yang telah disahkan UNCLOS di Forum PBB tahun 1982. Sementara, aspek historis mengangkat keterkaitannya dengan dua kerajaan besar bahari, yaitu Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.
“Tema ‘Wawasan Nusantara sebagai Pembangunan Maritim Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia’ harus dikritisi dari berbagai sisi. Mulai dari apa definisinya, hingga bagaimana strategi pembangunan poros maritimnya?” katanya.
Indonesia, lanjutnya, bukanlah Negara maritim, melainkan Negara kepulauan yang berpotensi menjadi Negara maritim. “Kita adalah Negara kepulauan yang berpotensi sebagai Negara maritim. Negara maritim adalah Negara yang mampu dan mempunyai kekuatan menjaga wilayah perairannya, meskipun tidak memiliki pulau. Mereka mempunyai kekuatan dan teknologi untuk itu. Indonesia, belum menjadi Negara maritim, namun berpotensi,” papar Rendy.
Kendati demikian, ia mengungkap setidaknya ada 5 pilar yang menopang konsep poros maritim dunia, yang dapat menjadi focus pembangunan Indonesia, di antaranya Budaya Maritim, Ekonomi Maritim, Konektivitas Maritim, Diplomasi Maritim, dan Pertahanan Maritim.