Sadikin Pard, Pelukis Difabel Kaya Talenta

0
3016

Malang – Ada yang berbeda dengan Pekan Budaya Indonesia (PBI) 2016. Mengangkat tema ‘Dari Pinggiran Merajut Kebudayaan Nasional’, PBI merangkul semua seniman turut serta untuk meriahkan acara, salah satunya adalah Sadikin Pard.

Pelukis difabel yang menggunakan mulut dan jemari kakinya untuk melukis ini patut diacungi jempol. Pasalnya, pria kelahiran 19 Oktober 1966 ini telah melahirkan banyak mahakarya yang mendunia. Bahkan, ia kerap bepergian ke Eropa untuk menghadiri beberapa acara kebudayaan, dan mengisi sebuah workshop.

Ditemui di sela-sela acara, Pak Dikin, begitu ia akrab disapa, menceritakan bahwa dirinya baru mulai menekuni bidang ini sejak duduk di bangku kuliah. “Sebetulnya saya sudah menyukai melukis sejak TK, namun sepertinya baru mulai serius saat kuliah,” kisahnya.

Meski terlahir dalam keadaan istimewa, Sadikin rupanya banyak memiliki talenta. Banyak prestasi yang telah ditorehkannya sejak kecil. Memasuki SD, selain menggambar, ia pernah mendapat juara 2 lomba Catur tingkat Surakarta dan lomba Kristik pada tahun 1978. Ketika itu, ia mendapat hadiah langsung dari Presiden Soeharto berupa mesin tik kuno yang masih disimpannya sampai saat ini.

Ketika duduk di bangku SMP, kemahirannya melukis kemudian menjadi perhatian khusus dari kedua orangtuanya, hingga akhirnya Sadikin diikutkan kursus pribadi selama dua bulan. Kemahirannya melukis semakin menjadi saat ia duduk di bangku SMA, dan hingga kini ia dikenal sebagai seorang pelukis yang patut diperhitungkan.

“Saya tidak pernah meminta apapun kepada siapapun. Saya hanya ingin berkarya dan produktif, sebab saya hanya ingin menghargai diri saya dengan cara saya sendiri. Jangan pernah meminta orang lain menghargai diri kita, kita sendiri sudah menghargai diri kita sendiri apa belum?” paparnya.

Sebagai seorang seniman, lanjutnya, saya tidak pernah berteriak untuk meminta apapun kepada pemerintah. “Saya selalu mengingatkan diri saya sendiri untuk tidak bertanya apa yang saya dapatkan, tapi apa yang sudah saya berikan. Dengan begitu, saya akan termotivasi untuk terus menghasilkan karya. Urusan diperhatikan atau tidak, itu belakangan. Tapi saya yakin, pemerintah tidak akan tutup mata dan telinga,” katanya bersemangat.