Malang – Banyak sekali jenis media yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan edukatif, mulai dari buku, alat peraga, hingga film. Ketua Masyarakat Sejarah Indonesia (MSI) Muchlis Paeni mengatakan, film merupakan medium persuasif paling efektif dalam penyebaran informasi.
“Dengan melihat Film ‘Ketika Bung di Ende’ ini, kita bisa melihat proses negeri yang sangat panjang dengan sangat singkat. Sebab, film adalah media yang sangat tepat dan efektif dalam penyaluran pendidikan, khususnya sejarah masa lalu negeri kita,” jelasnya dalam Diskusi dan Pemutaran Film Sejarah, di Universitas Negeri Malang, Sabtu (3/9).
Negeri ini, lanjutnya, hadir dari sejarah masa lalu yang begitu panjang. “Tidak mudah meraih kemerdekaan. Bila tidak ada masa lalu, kita tidak akan ada saat ini. Untuk belajar dan mengetahui semua sejarah itu, film menjadi media yang sangat bisa diandalkan,” ia melanjutkan.
Keberadaan film telah diciptakan sebagai salah satu media komunikasi. Tak hanya unsur persuasif, dalam film juga terkandung fungsi informatif, edukatif, bahkan hiburan. Sehingga tak salah bila akhirnya film dianggap menjadi motor dalam penyalur informasi sejarah paling atraktif.
“Film memiliki pengaruh yang kuat terhadap penontonnya, ketimbang media lainnya. Film adalah media persuasi yang luar biasa. Ruangan menjadi gelap dan film dimulai, seolah kita langsung terlempar ke masa itu. Apa yang terjadi? Kita langsung bisa merasakan secara cepat apa yang tergambar dalam film itu,” lanjut Muchlis.
Diskusi dan pemutaran Film Sejarah merupakan rangkaian dari Pekan Nasional Cinta Sejarah (PENTAS) yang digawangi oleh Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemdikbud, sebagai salah satu bagian dari Pekan Budaya Indonesia (PBI), di Malang. Sekira 200 peserta memenuhi aula Fakultas Ilmu Sejarah, Universitas Negeri Malang (UM). Mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia, tidak hanya mahasiswa UM, para peserta lomba sejarah juga turut hadir mengikuti rangkaian acara.