Jakarta – Menyambut Hari Masyarakat Adat Sedunia yang jatuh pada tanggal 9 Agustus, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) bekerja sama dengan Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi Ditjen Kebudayaan Kemendikbud menggelar Pekan Masyarakat Adat Nusantara pada 7-11 Agustus di Museum Nasional. Konferensi Pers pun digelar di Gedung E Kemendikbud, Kamis (4/8).
Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid mengungkapkan bahwa kerjasama ini baru pertama kali terjalin. “Berkaitan dengan hal tersebut, kami menginginkan hak masyarakat adat untuk mendapatkan layanan pendidikan dan sekarang masih dalam proses,” tutur Hilmar. Itu merupakan bentuk pengakuan masyarakat adat untuk mendapat pendidikan dan mendalami agama yang dianut.
Deputi II AMAN Rukka Simbolinggi menyambut baik dan siap bekerja sama. “Posisi pemerintah adalah penguatan. Salah satu misi kami adalah “Kembali ke Kampung”. Memberi layanan praktikal, disisi lain adalah memberi kontribusi praktik pendidikan,” jelas Rukka. Rukka juga mengharapkan bahwa tak hanya masyarakat adat saja yang perlu dididik namun juga seluruh lapisan masyarakat.
Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME Sri Hartini berharap kegiatan ini bisa menjadi kerjasama yang baik. “Pemerintah tidak bisa jalan sendiri, masyarakat adat belum mendapat hak-nya namun masih ada juga masyarakat lainnya. Ini adalah awal proses yang baik,” tukas Sri Hartini.
Adapun rangkaian kegiatan Pekan Masyarakat Adat Nusantara adalah pawai budaya nusantara, seminar nasional masyarakat adat, pameran karya cipta masyarakat adat nusantara dan karya seni kontemporer, bengkel kerja seni tradisional dan kontemporer, pemutaran dan diskusi film dokumenter masyarakat adat, panggung budaya nusantara, dialog masyarakat adat dan diskusi kelompok terpumpun (FGD) lintas kementerian.