Yogyakarta – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan menggelar Workshop Pengelolaan Data Geospasial Kebudayaan, bertajuk Pemetaan Sebaran (Titik) Cagar Budaya di Hotel Novotel, Yogyakarta. Sesditjenbud Nono Adya Supriyatno hadir membuka acara.
Dalam sambutannya, Nono menyampaikan beberapa poin terkait Kebijakan Satu Peta (One Map Policy) tentang Cagar Budaya. “Cagar budaya merupakan bagian dari sumber dalam kategori aset negara yang harus dilindungi. Mengapa penting untuk dilakukan kebijakan satu peta? Sebab suatu wilayah harus memiliki kebijakan, demi menghindari konflik pemanfaatan lahan,” paparnya.
Seperti diketahui, konflik tumpang tindih kebijakan atas suatu lahan disebabkan karena belum adanya peta yang memiliki standar, format maupun struktur yang sama di antara instansi atau lembaga, serta pemerintah daerah yang memiliki kewenangan dalam memberikan izin pemanfaatan lahan. Peta menjadi patokan yang sangat penting karena menjadi landasan perizinan lokasi dari setiap kegiatan bagi lembaga ataupun institusi, baik di pusat maupun daerah.
Kawasan, lanjut Nono, adalah target utama yang akan dilakukan pemetaan. “Termasuk juga di dalamnya struktur, lahan, dan titik-titik cagar budaya. Jika kita sudah menentukan penetapan pada sebuah titik, sampai kapan pun, titik tersebut akan menjadi referensi,” Ia menegaskan.
Kegiatan ini merupakan salah satu perwujudan dari instruksi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta pada tingkat ketelitian peta skala 1:50.000.
“Semua lembaga atau instansi akan memiliki satu peta dengan skala yang sama. Tak hanya perhutanan dan perkebunan, tetapi juga transmigrasi, pertambangan, hingga kepada kebudayaan. Dengan skala 1:50.000 tersebut, semua peta kementerian dan lembaga akan disatukan,” Nono menambahkan.
Usai memberikan sambutan, Nono yang didampingi oleh Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Harry Widianto, Perwakilan Puslit Arkenas Priyatno Hadi, dan Perwakilan Pusat Data dan Statistik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (PDSPK) L. Manik membuka workshop dengan pemukulan gong.