WCF HASILKAN RAGAM PERSPEKTIF GLOBAL

0
857

Bali – Senin (25/11) Setelah Presiden SBY secara resmi membuka World Culture Forum 2013 di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Prof. Dr. Amartya Sen, pemenang hadiah Nobel di bidang ekonomi dari Universitas Harvard, dan Dr. Fareed Zakaria, jurnalis terkenal dan kini memegang jabatan editor di majalah Time, langsung mengisi sesi sebagai keynote speaker (pembicara kunci)Sesi ini dimoderatori oleh Prof.Dr. Azyumardi Azra dari Universitas Islam Negeri Jakarta.

Armatya Sen

Setelah diawali pengantar oleh moderator, Prof. Dr. Amartya Sen menyampaikan inti dari pidatonya yang menuntut kebudayaan untuk berperan sebagai agen perubahan dan rekonsiliasi. Beliau juga menekankan bahwa kebudayaan adalah identitas manusia yang sangat penting dan mengotak-ngotakkannya menjadi satu identitas yang global hanyalah akan berakibat kesalahpahaman akan manusia.

Beliau kemudian menunjuk kepada benturan paham Barat dan Anti-Barat yang terjadi sejak lama, menjelaskan bahwa sebenarnya walau paham Timur dipandang inferior, ia telah memberikan kontribusi kepada fondasi ilmu pengetahuan Barat. Dr. Sen lalu memberi contoh Universitas Nalanda sebagai salah satu universitas tertua di dunia sebagai contoh tempat pendidikan global dapat menyatukan berbagai kebudayaan.

Kemudian acara dilanjutkan dengan pemutaran pesan video dari director general UNESCO, Irina Bokova yang pada kesempatan itu berhalangan hadir. “Kebudayaan menjelaskan siapa kita, membentuk kita, dan mengajarkan kita bagaimana melihat dunia”, kata beliau. Beliau juga menambahkan bahwa kebudayaan adalah pendekatan baru menuju pembangunan yang mengangkat derajat manusia dan sudah dimasukkan pula ke agenda 2015 untuk pembangunan berkelanjutan.

Fareed Zakaria

Dr. Fareed Zakaria memberikan beberapa poin penting dalam pidatonya. Pertama, kebudayaan sebagai kunci kesuksesan dari pembangunan, dapat dilihat dari negara-negara yang memasukkan unsur kebudayaan dalam kebijakan ekonominya seperti Cina dan India. “Poin kedua yaitu kebudayaan sebagai penghalang utama dalam pembangunan ekonomi’, tambah beliau yang kemudian dilanjutkan dengan penjelasan beliau bagaimana kebudayaan yang menutup dirinya sendiri menjadi tidak berkembang.

Dr. Zakaria juga menyebutkan bahwa tahap yang sedang dialami sekarang adalah Globalisasi 1.0 yaitu fase mengadaptasi modernitas Barat secara mentah-mentah, namun diharapkan tahap selanjutnya akan datang secepatnya yaitu Globalisasi 2.0, fase kebangkitan dari rasa bangga akan etnis sendiri. Hal tersebut akan menciptakan kesadaran akan kebudayaan yang menuntun ke pembangunan yang berkelanjutan.

WCF_Ministerial Forum

Hari pertama Forum Budaya Dunia juga menampilkan Forum Kunci Tingkat Menteri, di mana para menteri kebudayaan dari berbagai negara menghadiri sidang. Pada sidang tersebut, semua menteri menyatakan strategi dan kebijakan budaya dalam pembangunan negara-negara yang bersangkutan.

Di antara para menteri kebudayaan yang menhadiri sidang adalah Mohammad Nuh dari Indonesia, Cai Wu dari Republik Rakyat China, Mohamed Nazri bin Tan Sri Abdul Aziz dari Malaysia, Lana Mamkegh dari Yordania, Dato Seri Awang Haji Hazair bin Haji Abdullah dari Brunei Darussalam, Sultanbai Raev dari Republik Kyrgyztan, Elia Ravelomanatsoa dari Madagaskar, Felipe M. De Leon, Jr. dari Filipina, Maria Isabel de Jesus Ximenes dari Timor Leste, Marcelo Pedroso dari Brazil, Sam Tan dari Singapura dan Masanori Aoyagi dari Jepang.

Bertemakan “Kekuatan Budaya dalam Pembangunan yang Berkelanjutan”, Forum Budaya Dunia akan berlangsung hingga Rabu, 27 November. Forum ini dihadiri oleh perwakilan 40 negara, termasuk kepala negara, peraih penghargaan     Nobel, para menteri kebudayaan, ahli-ahli terkemuka, pembuat kebijakan senior, LSM, praktisi budaya dan pemangku kepentingan lainnya.