Malang – Pembukaan Pertemuan Nasional Museum (PNM) Se-Indonesia dilaksanakan di Balai Kota Malang, Selasa (26/5). Acara yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman (PCBM) bekerja sama dengan Asosiasi Museum Indonesia (AMI) dan didukung penuh Pemerintah Kota Malang akan berlangsung pada tanggal 26-28 Mei 2015.
Acara pembukaan PNM 2015 diawali oleh Tari Topeng, pembacaan doa, dan sambutan dari jajaran pimpinan. Sambutan pertama dari Harry Widianto, Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman menjelaskan rangkaian acara PNM seperti membahas isu-isu dalam dunia permuseuman dan melakukan diskusi.
“Hari ini adalah mimpi karena tantangan, perbedaan dan dinamikansemakin besar. Kita berkomitmen untuk memuliakan museum, warisan sejarah dari Aceh sampai Merauke”, ujar Ketua Asosiasi Museum Indonesia.
Sambutan selanjutnya dari Kacung Maridjan, Dirjen Kebudayaan, beliau berujar bahwa pengukuran negara maju tidak semata-mata pada pertumbuhan ekonomi, tapi bisa dilihat dari museum. “Hampir semua negara maju pasti museumnya bagus-bagus”, ujar Kacung. Beliau juga berujar, “harus bangga menjadi kepala museum, jangan berpikir jadi kepala museum jadi harus dimuseumkan. Orang yang bekerja di museum memiliki dedikasi tinggi demi pembelajaran di masa mendatang”.
Wakil Walikota Malang mewakili Walikota Malang secara resmi membuka acara PNM 2015. Adapun penandatanganan prasasti hari Museum Nasional oleh setiap delegasi daerah.
Sebelum acara pembukaan PNM 2015, terdapat beberapa paparan yang disampaikan oleh Harry Waluyo, Sekretaris Utama Badan Ekonomi Kreatif, mengenai peranan museum dalam ekonomi kreatif menyongsong masyarakat ekonomi ASEAN yang dimoderatori oleh Ida Ayu Made Wahyuni, Kadisbudpar Kota Malang. “Kreatifitas merupakan modal utama meningkatkan perkembangan industri kreatif, kreatifitas bisa meningkatkan ekonomi”, tukas Harry. Adapun empat pilar ekonomi ASEAN, pilar pertamaadalah tenaga kerja terampil, salah satu kekuatan ekonomi. Pilar kedua, hak kekayaan intelektual. Pilar ketiga, skala yang tumbuh masih skala kecil. Pilar keempat kita ingin menjadi pemain bukan hanya penonton.
Pemerintah harus membuat kebijakan terkait sains dan teknologi yang akan berkembang dan membuat regulasi ekonomi kreatif. Industri mengadakan riset dan pengembangan secara konsisten.“Faktor kecerdasan adalah faktor utama perubahan terutama dibidang ekonomi kreatif”, papar Harry Waluyo. Sebelum ekonomi kreatif, kita harus membuat orang senang dan puas dengan kehadirannya di museum.
Paparan selanjutanya dari Agung Rai, Kepala Museum ARMA Bali, menjelaskan mengenai museum, ekonomi kreatif berbasis pedesaan. Tujuan paparan ini yaitu membawa masyarakat melihat dan menciptakan ekonomi kreatif yang berbasis seni atau pedesaan. Ubud memiliki museum terbanyak disebuah desa. Begitu banyak temuan bersejarah seperti situs Goa Garba, Situs Tegal Linggah, situs goa gajah (dibalik batu ditemukan artefak). Jika pemerintah merekontruksi maka akan luar biasa. Aktivitas dan kreatifitas juga sangat mendukung, maka peninggalan masa lalu masih dijaga dengan baik, dilestarikan, disucikan, dan diupacarakan. “Bali is a living museum, ada kesinambungan dari akar hingga kini. Kita harus mengenal budaya lain bukan hanya budaya kita saja”, ujar Agung Rai.
Harry Widianto, Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman membahas mengenai kebijakan permuseuman. Kondisi permuseuman masih belum baik. “Sebaiknya menaikkan citra museum, jangan tanggung-tanggung kalau membuat museum harus bagus dan nyaman. Sesuatu yang sudah ada dibuat semakin bagus dan yang baru dibuat, harus dibuat bagus sekalian.“Persyaratan mendirikan museum, mempunyai lahan, mempunyai koleksi, SDM, dana, mempunyai badan hukum (museum perseorangan), ujarnya.”
Ali Yusuf, Walikota Sawahlunto dalam paparannya menyampaikan Kebijakan Permuseuman (Pemerintah Daerah). Memaparkan sejarah Kota Sawahlunto, pembangunan berbagai museum di Sawahlunto. Kebijakan bidang permuseuman, kelembagaan dan SDM, perpaduan museum dan sains, museum sebagai pusat edukasi dan pelestarian warisan budaya, rencana pengembangan. Perencanaan pembangunan museum penjara orang rantai. Sawahlunto menuju warisan dunia World Heritage Culture UNESCO.