Jakarta – Museum Kebangkitan Nasional menggelar Seminar Tokoh Tjoet Nja’ Dhien di Auditorium Museum, Selasa (26/5/2015). Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Hari Kebangkitan Nasional ke-107 yang jatuh tepat pada tanggal 20 Mei lalu.
Sebelum acara dimulai, Kepala Seksi Pelayanan dan Penyajian Museum Kebangkitan Nasional, Sujiman melaporkan beberapa poin penting. “Dalam rangka menyambut Hari Kebangkitan Nasional, Museum ini menyelenggarakan beberapa acara, seperti pameran, upacara bendera, seminar dan pagelaran Ketoprak,” paparnya.
Museum ini, lanjutnya, didirikan untuk kepentingan masyarakat, jadi siapa pun bisa menikmati acara itu. “Dalam rangka peletarian budaya, kami akan terus membudayakan budaya yang ada di lingkungan masyarakat, agar budaya tersebut,” ujarnya.
Seminar terbagi menjadi dua sesi. Sesi pertama diisi oleh Prof. Sukron Kamil, MA dari dan Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Hasanuddin, Makasar, Prof. Dr. Andi Abd. Rasyid Asba, MA. Sementara, sesi dua diisi oleh Prof. M. Dien Madjid, Guru Besar Sejarah, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta dan Dr. Umasih M, Hum., Dosen Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial UNJ.
Membawa materi berjudul “Nasionalisme Cut Nyak Dien: Analisis Latar Historis dan Teks Film”, Sukron memaparkan peran Cut Nyak Dien dari sudut pandang film. Di mana Cut Nyak Dien dipandang sebagai tokoh karismatik yang tak hanya hebat sebagai istri yang selalu mendukung sang suami, Teuku Umar, tetapi juga mampu menjadi pemimpin saat menggantikan posisi Teuku Umar saat wafat di tangan Belanda.
Bila Sukron memfokuskan diskusi pada persepektif teks film, maka pembicara kedua, Andi Abd. Rasyid Asba, lebih menitikberatkan diskusi dari sudut pandang pers kolonial. Dengan membawa materi “Citra Wanita Aceh: Cut Nya’ Din dalam Pers Kolonial”, ia memaparkan bahwa mengisahkan seorang tokoh, haruslan melihat dari sumber-sumber primer, salah satunya adalah menilik tulisan sejarah dari kumpulan arsip Pers Kolonial.
“Kalau kita lihat, materi Cut Nyak Dien dalam Pers Kolonial sarat dengan fakta historis sehingga, kronologitasnya mampu dipertanggungjawabkan. Sumber-sumber arsip banyak yang terputus, sehingga harus merekonstuksi ulang dan membutuhkan waktu yang panjang. Sementara Pers Kolonial, banyak ditulis oleh para penulis ahli dan sangat detail,” paparnya.
Sebelumnya, beragam acara telah digelar Museum Kebangkitan Nasional seperti Pembukaan Pameran Tokoh Hos Tjokroaminoto tanggal 12 Mei, Upacara Bendera tanggal 20 Mei, Seminar sehari tanggal 26 Mei, dan puncak acara tanggal 30 Mei. Pada puncak acara, Museum Kebangkitan Nasional akan menggelar kesenian Ketoprak, di halaman depan museum. Selain itu, masyarakat juga akan disuguhi pasar rakyat.