Jakarta – Memperingati Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada 2 Mei lalu, SeibuBangsa bekerja sama dengan Galeri Nasional dan Kemdikbud, menggelar serangkaian acara menarik, salah satunya ialah Sarasehan Indonesia Mengasuh Bangsa yang terselenggara hari ini, Senin (4/5/2015).
Sulistiyanto Soejoso (Dewan Pendidikan Jawa Timur), Henny Supolo (Yayasan cahaya Guru), dan Rizal Badudu (Yayasan Bangun Karakter Bangsa) hadir sebagai pembicara. Dalam setiap materinya, ketiga pembicara tersebut menggarisbawahi tentang pentingnya karakter bangsa yang dibangun melalui pribadi yang berkarakter.
Seperti yang diungkapkan Henny dalam materinya yang berjudul “Keragaman dan Kegembiraan Anak”, ia menjelaskan bahwa membiasakan diri mendengarkan lawan bicara hingga selesai adalah salah satu cara membentuk sikap toleransi dalam kehidupan sosial.
“Mendengar adalah hal yang sangat sulit dilakukan. Berapa banyak orang yang tahan mendengar tanpa memotong? Apakah kita harus selalu memberikan komentar? Perbaikilah diri sendiri dengan berlatih untuk mendengar,” ungkap Henny.
Karakter bangsa, lanjutnya, harus dilakukan, dilatih dan dibiasakan dari hal-hal kecil yang sering kali terlupakan. “Biasakanlah untuk mengucap kata tolong, maaf, dan terimakasih. Tiga kalimat sakti itu, jika terbiasa diucapkan, secara tidak langsung akan membentuk pribadi yang berkarakter khas negara Indonesia, yang sopan dan ramah,” jelasnya.
Senada dengan Henny, Rizal yang membawa materi “Pola Pengasuhan Anak dalam keluarga”, secara mendetail menerangkan tiga pola yang dapat membentuk pribadi yang kokoh.
“Ada tiga pola yang dapat diterapkan orangtua dalam pengasuhan anak, yaitu tentang keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pembentukan karakter, serta berproses dan melibatkan diri dalam keluarga,” papar Rizal.
Kerusakan bangsa, menurut Rizal, merupakan dampak yang terjadi akibat kerusakan pendidikan. “Perlu diingat, pendidikan yang paling utama bukanlah pendidikan yang diperoleh dari sekolah dengan embel-embel internasional, atau pun standar lainnya. Bukan juga berdasarkan berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk kursus ini dan itu, melainkan pendidikan yang berasal dari keluarga, dalam hal ini adalah orang tua,” Rizal menjelaskan.
Kendati demikian, Rizal mengingatkan para orang tua, khususnya ayah, untuk selalu menyisihkan waktu dan melibatkan diri dari setiap aktivitas keluarga. “Ayah adalah sosok yang sangat dibutuhkan oleh anak. Anak akan melihat sifat dan perilaku ayah setiap harinya, jika sang anak kehilangan sosok ayah, maka ia akan kehilangan separuh dari karakter dalam dirinya,” tukasnya.